TEMPO.CO, Jakarta - Kanada meluncurkan strategi Indo-Pasifik pada Minggu, 27 November 2022, dengan modal USD$1,7 miliar atau sekitar Rp26,7 triliun untuk meningkatkan keamanan militer serta siber. Rencana ini diluncurkan karena Kanada hendak bersaing dengan China di kawasan.
Baca juga: China Buka Suara Usai Xi Jinping Marah ke PM Kanada, Apa Katanya?
Kendati demikian, Kanada bersedia bekerja sama dengan China mengatasi masalah bersama dalam berbagai isu.
Empat menteri kabinet secara bergiliran merinci rencana baru tersebut. Skema baru Indo-Pasifik ini disebut sangat penting untuk keamanan dan iklim nasional Kanada serta tujuan ekonominya.
"Kami akan terlibat dalam diplomasi karena kami pikir diplomasi adalah kekuatan, pada saat yang sama kami akan tegas dan itulah mengapa kami sekarang memiliki rencana yang sangat transparan untuk terlibat dengan China," kata Menteri Luar Negeri Melanie Joly pada konferensi pers di Vancouver.
Rencana yang dirinci dalam dokumen setebal 26 halaman itu menyatakan, Kanada akan memperketat aturan investasi asing untuk melindungi kekayaan intelektual. Mereka juga mau mencegah perusahaan milik negara China dalam mengambil pasokan mineral penting di Kanada.
Kanada berupaya memperdalam hubungan dengan kawasan Indo-Pasifik yang berkembang pesat. Tetapi fokus Kanada adalah pada China, di tengah hubungan bilateral yang membeku.
Pemerintah Liberal Perdana Menteri Justin Trudeau ingin mendiversifikasi hubungan perdagangan dan ekonomi yang sangat bergantung pada Amerika Serikat. Data resmi untuk September 2022 menunjukkan perdagangan bilateral dengan China menyumbang di bawah 7 persen dari total, dibandingkan dengan 68 persen untuk Amerika Serikat.
Jangkauan Kanada ke sekutu Asia juga terjadi karena Washington telah menunjukkan tanda-tanda semakin curiga terhadap perdagangan bebas dalam beberapa tahun terakhir.