TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menyatakan Rusia kemungkinan akan mengerahkan jutaan pasukan untuk berperang. Ratusan ribu orang Rusia telah dipanggil dalam mobilisasi parsial ke Ukraina baru-baru ini.
Baca: CIA Rekrut Warga Negara Rusia yang Muak dengan Perang Ukraina
Kremlin telah menyatakan draf yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada September, untuk mengerahkan 300.000 wajib militer ke Ukraina secara resmi berakhir pada 31 Oktober 2022. Namun fakta bahwa keputusan resmi draf tersebut belum dicabut memicu desas-desus di Rusia bahwa Putin masih membuka opsi untuk gelombang mobilisasi lainnya.
Oleksiy Gromov, seorang pejabat dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, mengatakan dalam pengarahan bahwa pemimpin Rusia telah mengedarkan sebuah dokumen berjudul kesimpulan perang dengan NATO di Ukraina. Gromov mengatakan dokumen tersebut menguraikan masalah yang dihadapi pasukan Rusia seperti kekurangan rantai komando, kurangnya disiplin dan senjata yang ketinggalan zaman.
"Dokumen itu juga menyatakan bahwa tidak ada perang seperti itu selama lebih dari 80 tahun, dan agar Rusia dapat meraih kemenangan, komposisi jumlah tentaranya harus sekitar 5 juta prajurit," kata Gromov, seperti dikutip oleh kantor berita negara Ukraina, Ukrinform.
Menurut laporan Ukrinform, kemungkinan Rusia akan mengerahkan gelombang mobilisasi berikutnya dan memberlakukan darurat militer. Total personel angkatan bersenjata Rusia berjumlah sekitar 2 juta, menurut Statista .
Ketika ditanya apa tanggapan Ukraina untuk menghadapi tentara Rusia yang lebih besar, Gromov mengatakan, bahwa pihaknya telah memperhitungkan hal itu hampir setiap hari.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov telah menolak laporan bahwa akan ada mobilisasi besar-besaran. Pernyataan itu diungkapkan setelah publikasi online Pravda.ru yang mengatakan bahwa Putin akan mengajukan banding pada akhir tahun 2022 untuk draf nasional.
Publikasi tersebut menambahkan bahwa pemimpin Rusia akan membahas mobilisasi militer dan perwira serta ekonomi. Namun, Peskov mengatakan bahwa laporan itu tidak benar, menurut kantor berita milik negara Rusia RIA Novosti.
Simak: Pabrik Senjata Eropa Timur Panen Gara-Gara Perang Rusia-Ukraina
NEWSWEEK