TEMPO.CO, Jakarta - Harga rumah di Inggris diproyeksi turun pada 2023 setelah harga properti di Inggris selama bertahun-tahun selalu naik. Penurunan harga rumah tersebut dipicu oleh naiknya biaya hidup dan naiknya biaya pinjaman sehingga membatasi kemampuan konsumen untuk membeli barang yang baru.
Penurunan harga properti ini diperkirakan bisa membawa kehancuran besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebagian besar negara-negara di dunia mengalami lonjakan inflasi seperti di Inggris sehingga Bank sentral Inggris terus memberlakukan serangkaian kenaikan suku bunga tepat ketika ekonomi tergelincir ke dalam resesi. Kondisi ini telah membuat lubang yang lebih besar di dompet konsumen yang sedang punya utang.
Harga rumah di Inggris turun untuk pertama kalinya dalam 28 bulan pada Oktober 2022. Menurut survei dari Royal Institution of Chartered Surveyors, harga rumah dalam waktu 12 bulan ke depan bakal merosot.
Survei Royal Institution of Chartered Surveyors yang dilakukan pada 8 November - 24 November terhadap 20 ahli pasar perumahan, mengungkap harga rumah di Inggris tahun depan diproyeksi turun 4,7 persen secara nasional. Itu menandai penurunan tahunan pertama dalam lebih dari satu dekade.
"Ada penyeimbangan kembali tetapi tidak seperti yang kita lihat setelah krisis keuangan global. Pasokan masih relatif terbatas sehingga membantu mendukung harga," kata Chris Druce dari agen real estate Knight Frank.
Baca juga: Sastra Masih Jadi Momok bagi Siswa
Perusahaan kontraktor jasa pembangun rumah di Inggris, Taylor Wimpey Plc, mengatakan pada awal bulan lalu kalau pada tahun ini membangun rumah lebih sedikit dari yang direncanakan. Sementara pesaing Taylor Wimpey Plc, Persimmon Plc mengatakan mereka memperkirakan penambahan lahan pada 2023 akan jauh lebih rendah sehingga kemungkinan berpengaruh pula pada pasokan (rumah).
Harga rumah diproyeksi akan melakukan pemulihan yang moderat dan naik 1,0 persen pada 2024 atau jauh dari ekspektasi inflasi umum. Harga rumah di Inggris diprediksi akan naik lagi 3,5 persen pada 2025.
"Kami melihat ada koreksi satu tahun pada 2023, dengan kinerja ekonomi dan jumlah pekerjaan sedikit lebih baik dari yang diperkirakan. Tahun 2023 akan menjadi tahun yang sangat sulit tetapi kehidupan akan terasa semi-normal pada 2024," kata Tony Williams, Konsultan dari Building Value.
Bank sentral Inggris telah menaikkan suku bunga bank dari rekor terendah era pandemi Covid-19 sebesar 0,10 persen menjadi 3,00 persen dalam waktu kurang dari setahun. Jajak pendapat yang dilakukan Reuters mengungkap Bank sentral Inggris kemungkinan masih akan menambah 50 basis poin lagi pada bulan depan sehingga membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal.
"Harga rumah semakin turun di London karena masalah keterjangkauan yang semakin parah. Bangunan baru juga cenderung anjlok di London karena inflasi biaya bangunan dan berkurangnya pembiayaan untuk pembangunan rumah," kata Mark Farmer, Konsultan dari Cast Consultancy.
Reuters | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Rupiah Pagi Ini Melemah Dibayangi Momok Virus Corona
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.