TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Cina (PBOC) akan menawarkan pinjaman dengan bunga rendah kepada perusahaan jasa keuangan agar bisa membeli obligasi yang diterbitkan oleh pengembang properti (developer).
PBOC berharap uang pinjaman tersebut akan meningkatkan sentimen pasar terhadap sektor properti yang terlilit utang dan berpindah dari krisis ke krisis selama setahun terakhir. Sebuah sumber di PBOC mengatakan kebijakan itu diharapkan bisa menyelamatkan sejumlah pengembang swasta di Cina.
Cina telah meningkatkan dukungan dalam beberapa pekan terakhir untuk sektor properti, yang menjadi pilar satu perempat ekonomi Cina. Perekonomian Cina adalah yang terbesar kedua di dunia. Banyak pengembang saat ini gagal membayar kewajiban utang mereka dan terpaksa menghentikan pembangunan.
Baca juga: Jadwal Argentina vs Meksiko di Matchday Kedua Piala Dunia 2022: Saatnya Messi Cs Bangkit
Bank-bank terbesar di Cina pada Minggu ini menjanjikan mengucurkan kredit setidaknya US$162 miliar (Rp 2,5 triliun) untuk para pengembang. Pinjaman PBOC, melalui fasilitas pinjamannya, diperkirakan akan jauh lebih rendah daripada suku bunga acuan dan akan diterapkan dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini memberikan lebih banyak insentif kepada lembaga keuangan untuk berinvestasi di obligasi.
Setidaknya ada tiga pengembang swasta, di antaranya Longfor Group Holdings Ltd, Midea Real Estate Holding Ltd dan Seazen Holdings, yang menerima lampu hijau bulan ini untuk mengumpulkan total 50 miliar yuan ($ 7 miliar) utang.
PBOC dalam beberapa bulan terakhir telah menggunakan fasilitas pinjaman untuk mendukung berbagai sektor di negara itu, di antaranya sektor transportasi, logistik, dan inovasi teknologi yang sangat terpukul oleh pandemi Covid-19 atau didukung oleh kebijakan negara jangka panjang.
Dukungan Beijing untuk sektor properti menandai adanya pemutar-balikan kebijakan yang dimulai pada 2020 terhadap spekulan dan pengembang (developer) yang berutang dalam upaya mengurangi risiko keuangan. Namun, sebagai akibat dari tindakan keras tersebut, penjualan dan harga properti turun, pengembang gagal membayar obligasi dan menghentikan pembangunan. Penghentian proses pembangunan telah membuat marah para pemilik properti yang mengancam akan menghentikan pembayaran hipotek mereka.
PBOC juga berencana untuk menyediakan dana 100 miliar yuan (Rp 219 miliar) dalam bentuk fasilitas pembiayaan M&A kepada manajer aset milik negara terutama akuisisi proyek real estat dari pengembang bermasalah.
Sebelumnya media di Cina mewartakan pada Senin, 21 November 2022, kalau bank sentral Cina berencana untuk menyediakan 200 miliar yuan (Rp 438 miliar) dalam bentuk pinjaman tanpa bunga kepada bank komersial hingga akhir Maret untuk penyelesaian perumahan.
Yi Huiman, ketua regulator sekuritas Cina, mengatakan Cina harus menerapkan rencana untuk meningkatkan neraca developer yang berkualitas baik. Sedangkan lembaga pemeringkat Fitch Ratings mengatakan developer swasta di Cina menghadapi risiko likuiditas yang lebih tinggi, dalam hal struktur utang dengan tekanan jatuh tempo jangka pendek yang lebih besar, dibanding developer BUMN, sehingga kreditur lainnya menjadi enggan untuk mengucurkan pinjaman.
Reuters | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Staf Khusus Presiden Jokowi Jadi Ketua Panitia Pertemuan Relawan di GBK Besok
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini