TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok bersenjata kembali menculik sedikitnya 60 orang di sebuah komunitas terpencil di barat laut negara bagian Zamfara, Nigeria. Menurut penduduk setempat pada Kamis, 24 November 2022, korban penculikan sebagian besar adalah perempuan yang sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Baca: Warga Qatar Memakai Ban Lengan Pro-Palestina saat Menonton Piala Dunia 2022
Ini merupakan gelombang penculikan terbaru yang melanda negara bagian itu. Pada Ahad lalu, lebih dari 100 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, diculik oleh orang-orang bersenjata yang menyerbu empat desa di Zamfara.
Geng-geng bersenjata tersebar luas di barat laut negara itu. Mereka merampok atau menculik untuk mendapatkan uang tebusan. Kekerasan telah meningkat karena pasukan keamanan yang lemah sering gagal menghentikan serangan.
Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran soal apakah penduduk di wilayah tersebut akan dapat memberikan suara dalam pemilihan presiden pada Februari 2023. Rakyat Nigeria akan memilih pengganti Presiden Muhammadu Buhari, yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri lagi.
Dua penduduk mengatakan pria bersenjata dengan sepeda motor tiba di komunitas Magami Tandu di wilayah pemerintah daerah Kaura Namoda pada Rabu malam dan menembak secara sporadis.
Mereka mengambil sebagian besar perempuan yang sedang mengamati acara Maulid Nabi Muhammad, yang diadakan antara akhir September hingga akhir November di negara bagian yang mayoritas penduduknya muslim itu.
“Setiap hari ada pembunuhan atau penculikan, yang membuat kami kehilangan tempat tinggal. Tolong (beri tahu) pemerintah untuk bertindak dan memberikan keadilan kepada kami,” kata Abdulkarim Haruna, yang istrinya diculik.
Penduduk mengatakan 19 orang tewas pada hari Selasa lalu ketika kelompok bersenjata menyerang komunitas Ryuji di wilayah pemerintah daerah Zurmi Zamfara, yang berdekatan dengan Kaura Namoda. Juru bicara polisi Zamfara, Mohammed Shehu, tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Baca: Tunisia Kembalikan Balita Migran yang Capai Italia Sendirian
REUTERS