TEMPO.CO, Jakarta -Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Abdullah dari Pahang akan bertemu dengan para sultan pada Kamis, 24 November 2022, untuk membantu memutuskan siapa yang akan menjadi perdana menteri.
Baca juga: Pemilihan PM Masih Buntu, Raja Malaysia Gelar Pertemuan Majelis Raja-Raja Besok
Lima hari setelah pemilihan, Malaysia masih belum memiliki pemerintahan, sebab kedua kandidat terkemuka, Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin, tidak memiliki cukup dukungan untuk mayoritas. Parlemen gantung belum pernah terjadi di Malaysia.
Media Malaysia mengatakan pertemuan akan dimulai pada 10:30 pagi waktu setempat dan berlangsung selama tiga jam. Menurut perkembangan terkini dari The Star, para sultan sudah berdatangan ke Istana Negara.
Sultan Selangor Sharafuddin Idris Shah, Sultan Kedah Sallehuddin Sultan Badlishah, Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan Tuanku Muhriz Tuanku Munawir, Sultan Terengganu Mizan Zainal Abidin tiba di Istana Negara dalam waktu terpisah sebelum pukul 11 waktu setempat.
Dalam sistem tata negara Malaysia, secara konstitusional raja memainkan peran seremonial. Akan tetapi dia dapat menunjuk seorang perdana menteri yang diyakini akan memimpin mayoritas di parlemen.
Negosiasi di antara pihak berkepentingan masih berlangsung. Koalisi petahana Malaysia, Barisan Nasional, memberikan indikasi untuk mendukung pemimpin oposisi Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri. Sebelumnya aliansi itu memilih netral, di tengah kebuntuan politik akibat pemilu Malaysia menghasilkan parlemen gantung.
Komponen terbesar dari koalisi Barisan, UMNO, pada Rabu, 23 November 2022, menyatakan tidak akan mendukung pemerintah persatuan yang dipimpin oleh kelompok mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Secara eksplisit, aliansi itu tidak merujuk sokongannya pada Anwar.
Raja telah menyarankan agar kedua pemimpin tersebut bekerja sama untuk membentuk "pemerintahan persatuan", tetapi Muhyiddin menolak usulan tersebut.
Konferensi Penguasa Malaysia diadakan di Istana Negara (Istana Nasional) di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 Januari 2019. Konferensi Penguasa Malaysia pada hari Kamis menunjuk Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah sebagai raja ke-16 negara itu, yang menjabat sebagai kepala konstitusi negara bagian, kantor berita negara Bernama melaporkan. (Xinhua/Jabatan Penerangan Malaysia)
Barisan Nasional berada jauh di urutan ketiga dalam pemilu Malaysia, hasil terburuk yang mereka dapatkan. Namun demikian, koalisi telah menjadi pemain penting karena dukungannya dibutuhkan baik oleh Anwar maupun Muhyiddin untuk mendapatkan mayoritas. Barisan, bagaimanapun, pada minggu ini mengatakan tidak akan mendukung dan akan menjadi bagian dari oposisi.
Koalisi progresif Anwar, yang dikenal sebagai Pakatan Harapan, memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu Malaysia dengan 82 kursi. Sementara aliansi Muslim Melayu konservatif Muhyiddin yang disebut Perikatan Nasional memenangkan 73 kursi. Mereka membutuhkan 112 - mayoritas sederhana - untuk membentuk pemerintahan. Barisan memiliki 30.
Blok Muhyiddin termasuk partai Islam PAS, yang kemenangan elektoralnya telah menimbulkan kekhawatiran di negara dengan minoritas etnis China dan etnis India yang signifikan, yang sebagian besar menganut agama lain. Investor juga ketakutan atas kekhawatiran tentang kemungkinan dampak partai Islam terhadap kebijakan.
Ketidakpastian pemilu memperpanjang ketidakstabilan politik di salah satu negara Asia Tenggara tersebut. Malaysia memiliki tiga perdana menteri dalam empat tahun terakhir. Kemelut politik berisiko menunda kebijakan penting untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Platform video pendek TikTok pada Rabu, 23 November 2022 menyatakan, pihaknya waspada terhadap konten yang melanggar pedomannya di Malaysia setelah pihak berwenang memperingatkan tentang meningkatnya ketegangan etnis di media sosial setelah pemilihan.
Baca juga: Polisi Tangkap Warga yang Kecewa Raja Malaysia Tak Kunjung Angkat Perdana Menteri
REUTERS | THE STAR