TEMPO.CO, Jakarta - Raja Malaysia memberi perpanjangan batas waktu bagi koalisi partai politik untuk membentuk pemerintahan dan mengajukan calon perdana menteri setelah Pemilu pada Sabtu lalu tidak menghasilkan pemenang mayoritas.
Tadinya Yang di-Pertuan Agong Abdullah of Pahang memberi tenggat hari ini, namun diundur sampai Selasa, 22 November 2022, untuk memberi waktu aliansi yang bersaing di pemilu Malaysia membentuk koalisi mayoritas, kata Staf Pengawas Rumah Tangga Kerajaan Istana Malaysia, Ahmad Fadil Syamsuddin.
Ahmad Fadil, seperti dilansir CNA pada Senin, 21 November 2022, mengatakan, perpanjangan tenggat waktu itu diputuskan atas permintaan ketua partai dan koalisi. Mereka meminta waktu lebih lama untuk menyerahkan deklarasi undang-undang yang diperlukan.
Dengan diundurnya tenggat waktu tersebut, Raja Malaysia mengimbau masyarakat untuk bersabar dan tetap tenang hingga pembentukan pemerintahan baru dan penunjukan perdana menteri ke-10 negara itu selesai.
Sebelumnya, Ketua Barisan Nasional (BN) Ahmad Zahid Hamidi meminta perpanjangan untuk menyerahkan deklarasi undang-undang yang diperlukan. Ahmad Zahid dan anggota parlemen BN berkumpul pada Senin pagi untuk membahas kemungkinan partisipasi mereka dalam pembentukan pemerintahan baru.
“Kami berharap Raja dapat memberikan waktu yang lebih fleksibel kepada kami untuk menyampaikan (statutory statement) setelah kami berdiskusi dengan beberapa pihak,” ujarnya dalam jumpa pers di Hotel Seri Pacific yang dihadiri 26 wakil terpilih BN.
Partai awalnya memiliki waktu hingga pukul 14:00 pada Senin ini untuk mengajukan kandidat mereka. Pakatan Harapan, yang dipimpin oleh pemimpin oposisi lama Anwar Ibrahim, mendapat 81 kursi tapi belum cukup untuk membentuk pemerintahan.
Kursi tambahan yang dimenangkan oleh Syed Saddiq dari Aliansi Demokrasi Bersatu Malaysia (MUDA) menjadikan jumlahnya menjadi 82.
Perikatan Nasional [-impinan mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin membuntuti dengan 73 kursi, yang berarti tidak ada koalisi yang memiliki jumlah mayoritas langsung dari 112 kursi di parlemen dengan 222 kursi.
Barisan Nasional (BN) berada jauh di urutan ketiga di belakang PH dan PN, memenangkan 30 kursi parlemen. Kedua partai terkemuka berusaha mencari mitra potensial untuk mengumpulkan jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.
Reuters mewartakan, Koalisi Muhyiddin mendapatkan dukungan dari dua blok politik yang lebih kecil pada Minggu, yang memberikannya kendali atas 101. Jumlah masih kurang dari 112 yang dibutuhkan untuk mayoritas. Blok Muhyiddin termasuk partai Islam yang menyerukan hukum syariah. Dia mengamankan jumlah kursi terbesar dari satu partai mana pun.
Kubu petahana dari BN, yang dipimpin oleh partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengalami kinerja pemilu terburuknya. Namun kelompok yang telah lama menjadi kekuatan dominan di Malaysia itu masih bisa memainkan peran penting dengan memberikan dukungannya pada calon unggulan.
Media melaporkan bahwa koalisi Anwar bertemu dengan Barisan pada Senin pagi, meskipun Muhyiddin telah menjadi mitra junior dalam pemerintahan saat ini dan telah menjadi pemimpin senior UMNO hingga beberapa tahun lalu.
Hasil pemilu Malaysia yang tidak pasti memperpanjang ketidakstabilan politik di negara Asia Tenggara tersebut. Negeri Jiran telah berganti tiga perdana menteri dalam empat tahun ini, dan berisiko menunda keputusan kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Investor bereaksi negatif terhadap hasil pemungutan suara Sabtu. Mata uang ringgit melemah dan pasar saham Kuala Lumpur (.KLSE) merosot lebih dari 1 persen pada awal perdagangan hari Senin.
CNA, REUTERS