TEMPO.CO, Jakarta - Dua ekstremis yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh seorang bloger Amerika Serikat yang kritis terhadap ekstremisme agama melarikan diri dari pengadilan yang ramai di Dhaka, Bangladesh, pada Ahad, 20 November 2022.
Baca: Erdogan Berjabat Tangan dengan El-Sisi di Piala Dunia Qatar
Avijit Roy, seorang insinyur Amerika-Bangladesh, dibacok sampai mati oleh penyerang bersenjatakan parang pada Februari 2015 saat kembali ke rumah bersama istrinya dari pameran buku Dhaka. Istrinya, bloger Rafida Bonya Ahmed, menderita luka di kepala dan kehilangan ibu jari dalam serangan itu.
Lima anggota kelompok militan Islam dijatuhi hukuman mati pada tahun lalu, sementara satu orang dipenjara seumur hidup.
Menurut polisi, dua dari mereka yang dijatuhi hukuman mati melarikan diri pada Ahad setelah pengendara sepeda motor menyemprotkan bahan kimia ke polisi sebelum menculik para terpidana.
"Sebuah perburuan besar-besaran telah diluncurkan untuk menangkap mereka dan pembantu mereka," kata Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan kepada wartawan, seraya menambahkan petugas keamanan perbatasan telah disiagakan untuk menghentikan orang-orang itu kabur dari negara itu.
Polisi juga telah mengumumkan hadiah sebesar dua juta taka atau sekitar US$ 19.350 (Rp 304 juta) untuk melacak para terpidana.
Para terpidana itu tergabung dalam kelompok militan lokal Tim Ansar Ullah Bangla yang terinspirasi oleh Al Qaeda. Polisi mengatakan kelompok itu berada di balik pembunuhan lebih dari selusin aktivis sekuler dan bloger.
Bangladesh yang mayoritas penduduknya muslim mengalami serangkaian serangan mematikan antara 2013 dan 2016 yang menargetkan bloger, aktivis sekuler, dan agama minoritas. Serangan tersebut diklaim oleh kelompok ISIS atau Al Qaeda.
Baca: Pemilu Malaysia: Anwar Klaim Didukung BN untuk Bentuk Pemerintahan
REUTERS