Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kesepakatan COP27 untuk Beri Kompensasi Negara Miskin Dapat Pujian

Reporter

image-gnews
Anak-anak muda yang berdemonstrasi di areal COP27 di Sharm el-Sheikh Convention Center menuntut pembiayaan kerusakan dan kehilangan keragaman hayati akibat krisis iklim.
Anak-anak muda yang berdemonstrasi di areal COP27 di Sharm el-Sheikh Convention Center menuntut pembiayaan kerusakan dan kehilangan keragaman hayati akibat krisis iklim.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para negosiator berhasil menyepakati apa yang disebut dana kerugian dan kerusakan. Kesepakatan yang dibuat pada Minggu, 20 November 2022 tersebut akan memberi kompensasi kepada negara-negara miskin yang mengalami cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan gelombang panas yang diperparah oleh emisi karbon dari negara-negara kaya.

Kesepakatan tersebut dianggap sebagai kemenangan yang pantas untuk keadilan iklim yang akan menguntungkan negara-negara yang telah berkontribusi sedikit terhadap polusi yang memanaskan dunia tetapi yang paling menderita. Akan tetapi kesepakatan yang lebih besar dan bisa dibilang lebih penting untuk melangkah lebih jauh dalam pengurangan emisi terbukti terlalu banyak di KTT iklim ini atau COP27.

“Beginilah perjalanan kami selama 30 tahun, akhirnya. Kami harap bisa membuahkan hasil hari ini,” kata Menteri Iklim Pakistan Sherry Rehman, yang sering memimpin negara-negara termiskin di dunia. Satu pertiga wilayah Pakistan terendam banjir bandang padahal sedang musim panas.  

Kesepakatan yang dibuat pada 20 November 2022 tersebut, mendapat pujian dari pakar dengan menyebutnya sebagai keputusan bersejarah.

“Dana kerugian dan kerusakan ini akan menjadi penyelamat bagi keluarga miskin yang rumahnya hancur, petani yang ladangnya rusak, dan penduduk pulau yang terpaksa meninggalkan rumah leluhur mereka,” kata Ani Dasgupta, Presiden lembaga kajian bidang lingkungan World Resources Institute, beberapa menit setelah  persetujuan dini hari.

“Hasil positif dari COP27 ini merupakan langkah penting untuk membangun kembali kepercayaan dengan negara-negara yang rentan.” tambahnya.

Baca juga: Guardian Ajak Tempo dan Puluhan Media Buat Editorial Bersama Serukan Mitigasi Krisis Iklim Global

Pujian juga disampaikan oleh Alex Scott, pakar diplomasi iklim di lembaga kajian E3G. Dia menyebut kesepakatan itu adalah cerminan dari apa yang bisa dilakukan ketika negara-negara termiskin tetap bersatu.

"Saya pikir ini sangat penting untuk membuat pemerintah bersatu untuk benar-benar menyelesaikan setidaknya langkah pertama, bagaimana menangani masalah kerugian dan kerusakan," kata Scott.

Negara maju masih belum menepati janjinya yang dibuat pada 2009 untuk membelanjakan 100 miliar euro (Rp 1,6 triliun) per tahun sebagai dana bantuan iklim lainnya. Uang itu dirancang untuk membantu negara miskin mengembangkan energi hijau dan beradaptasi dengan pemanasan global di masa depan.

Menurut Harjeet Singh, Kepala strategi bidang politik global dari Jaringan Aksi Iklim Internasional, perjanjian tersebut menawarkan harapan kepada orang-orang yang rentan kalau mereka akan mendapatkan bantuan untuk pulih dari bencana iklim dan membangun kembali kehidupan mereka.

“Kerugian dan kerusakan adalah cara untuk mengenali bahaya masa lalu dan mengkompensasi kerugian masa lalu itu,” kata ilmuwan iklim Dartmouth, Justin Mankin, yang menghitung jumlah dolar untuk pemanasan di setiap negara.  "Bahaya ini dapat diidentifikasi secara ilmiah." tambahnya.

Sedangkan Sacoby Wilson, Professor bidang kesehatan lingkungan dan keadilan dari Universitas Maryland, menilai kesepakatan iklim yang dibuat pada hari Minggu kemarin menyoroti tentang perbaikan. Menurutnya negara-negara utara yang kaya mendapat manfaat dari bahan bakar fosil, sedangkan negara-negara selatan yang lebih miskin mengalami kerusakan akibat banjir, kekeringan, pengungsian iklim, dan kelaparan.

Sebelumnya kantor Kepresidenan Mesir pada Sabtu sore, 19 November 2022, mengusulkan agar ada kesepakatan kerugian dan kerusakan yang baru. Gagasan itu tercetus beberapa jam sebelum kesepakatan tercapai, tetapi negosiator dari Norwegia mengatakan bukan hanya Mesir tetapi negara lain juga harus bekerja sama.

Utusan iklim Jerman Jennifer Morgan dan Menteri Lingkungan Chili Maisa Rojas, yang menggiring kesepakatan itu ke dalam agenda dan ke garis finis, saling berpelukan setelah perjalanan, berpose untuk difoto dan mengatakan "yess, kami berhasil!"

Menurut perjanjian tersebut, dana tersebut pada awalnya akan diambil dari kontribusi negara-negara maju dan sumber-sumber swasta dan publik lainnya seperti lembaga keuangan internasional.

Dana tersebut sebagian besar akan ditujukan untuk negara-negara yang paling rentan, meskipun akan ada ruang bagi negara-negara berpenghasilan menengah yang sangat terpukul oleh bencana iklim untuk mendapatkan bantuan.

Dunia telah menghangat 1,1 derajat Celsius sejak pertengahan abad ke-19. Beberapa pembahasan dalam COP27 di Mesir menyinggung tentang mitigasi, yang tampaknya dikembalikan ke perjanjian Paris 2015.

Sebelum para ilmuwan mengetahui betapa pentingnya ambang batas 1,5 derajat dan banyak menyebutkan ambang batas 2 derajat celcius yang lebih lemah. Ilmuwan iklim Maarten van Aalst dari Pusat Iklim Palang Merah Bulan Sabit Merah mengatakan kondisi ini membuat para ilmuwan dan warga Eropa takut untuk mundur. 

“Kita perlu mendapatkan kesepakatan tentang 1,5 derajat.  Kami membutuhkan kata-kata yang kuat tentang mitigasi dan itulah yang akan kami dorong.” kata Menteri Lingkungan Hidup Irlandia Eamon Ryan.

Euro News | Nugroho Catur Pamungkas

Baca juga: Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

1 hari lalu

Seremoni program Kemitraan Australia-Indonesia untuk Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur, yang akan menggabungkan modal pemerintah dan swasta untuk mempercepat investasi, 19 April 2024. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK


Amerika Serikat Desak Qatar dan Mesir untuk Kunci Kesepakatan dengan Hamas

17 hari lalu

Tslil Ben Baruch, 36, memegang plakat ketika para demonstran menghadiri protes 24 jam, menyerukan pembebasan sandera Israel di Gaza dan menandai 100 hari sejak serangan 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.  di Tel Aviv, Israel, 14 Januari 2024. REUTERS/Alexandre Meneghini
Amerika Serikat Desak Qatar dan Mesir untuk Kunci Kesepakatan dengan Hamas

Keluarga para sandera warga negara Israel akan ke Gedung Putih pada 8 April 2024. Joe Biden mendesak agar ada kesepakatan dengan Hamas.


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

28 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

35 hari lalu

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.


BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

49 hari lalu

Peneliti Ahli Madya di PRSDI BRIN, Devi Munandar, menjelaskan metode analisis iklim yang dikembangkannya melalui webinar, Rabu, 27 Februai 2024. Dok. Humas BRIN
BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

Model menggunakan data mining pada peramalan data iklim di Jawa Barat.


Ini 12 Poin Kesepakatan yang Disorongkan ke Hamas

55 hari lalu

Anak-anak Palestina membawa panci saat mengantri untuk menerima makanan dari dapur amal di tengah kekurangan pasokan makanan, saat konflik antara Israel dan Hamas di Rafah di selatan Jalur Gaza 14 Desember 2023. Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza menderita kelaparan seiring dengan meluasnya serangan militer Israel. REUTERS/Saleh Salem
Ini 12 Poin Kesepakatan yang Disorongkan ke Hamas

Hamas telah menerima sebuah draft proposal dari pembicaraan damai di Ibu Kota Paris yang mengupayakan ada jeda operasi militer dan pertukaran tahanan


Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Seorang warga berjalan di dekat instalasi
Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.


Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

8 Februari 2024

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

Januari 2024 memecahkan rekor bulan terpanas dunia, menurut catatan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Jepang Disebut Kirim Sinyal ke Donald Trump agar Jangan Bikin Kesepakatan dengan Cina

2 Februari 2024

Presiden AS Donald Trump melambai ketika dia tiba di Bandara Internasional Palm Beach di West Palm Beach, Florida, AS, 20 Januari 2021. [REUTERS / Carlos Barria]
Jepang Disebut Kirim Sinyal ke Donald Trump agar Jangan Bikin Kesepakatan dengan Cina

Sejumlah sumber menyebut Jepang meminta Donald Trump jika terpilih nanti agar jangan mengunci kesepakatan dengan Cina