TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia berhasil mencapai Leaders' Declaration di konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 Bali, yang berlangsung di tengah ketegangan geopolitik global akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Baca: Dmitry Peskov Tanggapi Positif Leaders' Declaration
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut pendekatan diplomatik Indonesia berlangsung secara berkelanjutan dan konstruktif, seperti dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri G20 di Bali dan Sidang Umum PBB di New York. Dalam setiap perundingan, Indonesia mengedepankan substansi sebelum masuk kepada pembahasan geopolitik, dengan Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani berperan sebagai kepala negosiator yang menyusun komponennya.
"Untuk membuka jalannya itu dilakukan sepanjang tahun, di paruh kedua 2022, Juli-September. Kita sudah mulai ancang-ancang berbagai kemungkinan yang dapat muncul," kata Retno dalam wawancara khusus dengan Tempo secara virtual pada Jumat, 18 November 2022.
Fokus Indonesia sebagai presidensi G20 adalah pemulihan ekonomi global pascapandemi Covid-19, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. Namun, pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini dibayangi oleh krisis global di sektor pangan dan energi, yang dipicu oleh perang Ukraina.
Seperti telah diperkirakan para analis, isu Ukraina mendominasi KTT G20. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyampaikan pidato secara virtual di sesi pertama KTT G20 pada Selasa, 15 November 2022, menyerukan forum G20 agar ikut membantu menghentikan invasi Rusia. Negara-negara Barat juga menyampaikan seruan serupa.
Banyak pihak meragukan kesepakatan bersama di antara para negara-negara anggota G20, di tengah ketegangan geopolitik itu. Namun, menurut Retno, dalam mengatasi tantangan geopolitik itu Indonesia sudah melakukan persiapan negosiasi dengan sangat matang.
Dian Triansyah Djani saat wawancara dengan Tempo menggambarkan Indonesia sudah melakukan segala strategi dan pendekatan diplomatik yang diperlukan dengan semua pihak, untuk mencapai komunike di KTT G20. Pembahasan mengenai geopolitik memang berlangsung sengit, tapi Indonesia sudah mengamankan agenda prioritasnya terlebih dahulu.
Menurut keterangan resmi deklarasi paragraf 3, G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh naiknya ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Leaders' Declaration setebal 17 halaman itu menyesalkan dalam istilah terkuat agresi Rusia terhadap Ukraina, dan menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Dalam deklarasi tersebut ditegaskan G20 memang bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Namun anggota G20 mengakui masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global. Pernyataan bersama itu juga menyebut terdapat ada perbedaan pandangan mengenai masalah ini dan sanksi.