TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut Moskow secara umum cukup positif dengan leaders' declaration atau komunike yang dicapai dalam KTT G20 Bali. Ajudan Presiden Rusia Vladimir Putin itu, mengakui hasil tersebut mencerminkan ada perbedaan dalam forum tersebut.
"Ini adalah kemenangan akal sehat. Itu menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menahan agresivitas kolektif Barat dan mencapai kompromi. Jika tidak, KTT G20 akan gagal mengadopsi deklarasi akhir untuk pertama kalinya dalam sejarahnya," kata Peskov saat diwawancara wartawan di Moskow, Kamis, 17 November 2022.
Seperti telah diperkirakan para analis, isu Ukraina mendominasi KTT G20. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyampaikan pidato secara virtual di sesi pertama KTT G20 pada Selasa, 15 November 2022, menyerukan agar forum G20 ikut membantu menghentikan invasi Rusia.
Baca juga: Rusia Akan Bertindak Jika Finlandia dan Swedia Gabung NATO
Presiden Joko Widodo memimpin sesi terakhir pertemuan KTT G20 Bali di The Apurva Kempinski Bali, Rabu, 16 November 2022. Biro Setpres
Menurut keterangan resmi, G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh naiknya ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Leaders' declaration setebal 17 halaman itu menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina dan menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh serta tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Di tengah desakan Barat untuk mengisolasi Rusia, Putin hanya mengirimkan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov ke KTT G20. Wakil Putin itu pun pulang ke Rusia lebih awal, yakni pada Selasa malam, 15 November 2022, persisnsebelum rapat tingkat tinggi ditutup.
Lavrov saat diwawancarai mengenai komunike KTT G20 menyatakan negara-negara Barat telah mencoba mempolitisasi deklarasi bersama tersebut. Dia menuduh mereka mendorong untuk memasukkan kalimat mengutuk invasi Rusia ke Ukraina atas nama semua negara yang berpartisipasi.
Terlepas dari ucapan Lavrov itu, Kremlin menyebut diplomat Rusia, Indonesia, dan India -- yang akan menjadi ketua G20 tahun depan, telah bekerja keras untuk mencapai komunike itu. Kremlin memastikan Rusia akan tetap ada di G20, mengingat pentingnya platform itu dalam mengatasi krisis ekonomi global.
Fokus Indonesia sebagai presidensi G20 adalah pemulihan ekonomi global paska-pandemi Covid-19, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. Namun, pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini dibayangi krisis global di sektor pangan dan energi, yang dipicu oleh perang Ukraina.
Dalam deklarasi tersebut ditegaskan G20 memang bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Kendati demikian, anggota G20 mengakui masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengakui alotnya negosiasi untuk mencapai komunike KTT G20. Komunike ini tercapai di tengah ketegangan Barat dan Rusia akibat invasi ke Ukraina.
"Kalau soal Ukraina itu sulit, bukan berarti paragraf lain mudah," kata Retno seusai deklarasi KTT G20 Bali, Rabu, 18 November 2022.
Retno mengatakan negosiasi untuk mencapai deklarasi yang disepakati semua ini sangat panjang. Putaran terakhir perundingan dicapai pada 10-14 November 2022. Untungnya, ada kepercayaan dari semua negara anggota G20 kepada Indonesia hingga akhirnya deklarasi disepakati.
Baca juga: Xi Jinping Sebut Asia Tak Boleh Jadi Kontes Kekuatan Negara Besar
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.