TEMPO.CO, Jakarta - Kota Guangzhou di China selatan sedang mendirikan rumah sakit darurat dan tempat karantina dengan kapasitas hampir 250.000 tempat tidur untuk kasus COVID-19. Hal ini diungkapkan para pejabat pada Kamis 17 November 2022, ketika kasus di seluruh negeri mencapai tingkat tertinggi sejak April.
Baca juga: 20 Tahun Temuan Virus SARS di Guangzhou Cina: Jejak Penyebaran dan Sindrom Mirip Covid
Seorang pejabat Guangzhou mengatakan pada konferensi pers bahwa kota itu sedang mempercepat pembangunan rumah sakit darurat dan tempat isolasi, dengan rencana membangun ruang untuk 246.407 tempat tidur.
"Lebih baik bersiap, bahkan jika mereka tidak digunakan," kata Wang Baosen, mengatakan situasi di kota berada pada tahap kritis.
Saat puncak wabah Shanghai pada April, termasuk penguncian selama dua bulan, kota tersebut memiliki lebih dari 300.000 tempat tidur.
Guangzhou, pusat manufaktur yang menampung 19 juta orang, saat ini sedang berjuang melawan wabah terbesar di China. Infeksi harian baru COVID-19 meningkat menjadi 8.761 dan meningkatkan kekhawatiran bahwa wabah tersebut mencapai skala seperti wabah Shanghai awal tahun ini.
Pada Senin malam, orang-orang mengamuk di distrik kota yang paling parah terkena dampak dan telah dikunci. Ini merupakan protes yang jarang terjadi dan dihapus dari media sosial China yang disensor dengan ketat.
China sedang berjuang melawan wabah virus corona di banyak kota besar, termasuk di Chongqing dan ibu kota Beijing. Di saat bersamaan, pemerintah juga mengambil langkah-langkah untuk mencoba meringankan beban kebijakan nol-COVID yang ketat, yang telah menyebabkan kerusakan ekonomi yang parah dan frustrasi yang meluas hampir tiga tahun setelah pandemi.
Di pusat kota Zhengzhou yang terdampak parah, pihak berwenang mengatakan mereka akan menyelidiki kematian seorang bayi berusia 4 bulan. Ayah korban mengatakan anaknya ditolak masuk saat mereka berada di karantina pusat. Ini merupakan kasus terbaru yang memicu kemarahan online.
China melaporkan 23.276 infeksi baru pada Kamis, terbesar sejak April dan naik dari 20.199 sehari sebelumnya.
Negara itu telah mulai melonggarkan beberapa pembatasan terkait pengujian massal dan karantina untuk pendatang dari luar negeri. Langkah ini meningkatkan optimisme bahwa China bergerak menuju pembukaan kembali dan aktivitas ekonomi dapat meningkat lagi, meskipun analis tidak memperkirakan pelonggaran signifikan sebelum Maret atau April mendatang.
Para ahli memperingatkan bahwa pembukaan kembali secara penuh membutuhkan upaya pendorong vaksinasi besar-besaran.
Pejabat telah memerintahkan otoritas lokal untuk berhenti menggunakan pendekatan "satu ukuran untuk semua", dan mengatakan bahwa masyarakat perlu diberikan akses ke perawatan medis dan makanan bahkan selama penguncian.
Namun, China terus mempertahankan pendekatannya terhadap COVID, kebijakan khas Presiden Xi Jinping yang menurutnya menyelamatkan nyawa.
Pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional mengulangi bahwa mereka akan menerapkan 20 langkah yang disesuaikan dengan kebijakan COVID negara tersebut dan akan mempercepat vaksinasi COVID-19.
Mereka juga menyoroti perlunya membangun lebih banyak rumah sakit yang ditunjuk untuk COVID dan meningkatkan kapasitas perawatan intensif, dengan mengatakan bahwa tempat tidur ICU diperlukan untuk mencapai 10 persen dari total.
Baca juga: Warga Guangzhou Tes Massal Virus Corona
REUTERS