TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek pada Kamis 17 November 2022. Militer Seoul mengatakan, peluncuran rudal dilakukan untuk memberi peringatan lebih keras terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.
Baca: Biden Tekan Xi Jinping Soal Nuklir Korut, Ancam Tambah Militer AS di Asia
Menteri luar negeri Korea Utara, Choe Son Hui mengatakan bahwa langkah Washington melakukan latihan bersama dengan sekutu keamanan regional adalah tindakan bodoh. Hal itu disampaikan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita negara KCNA, pada Kamis, 17 November 2022.
"Semakin Washington meningkatkan kerja sama keamanan dengan Tokyo dan Seoul, semakin sengit perlawanan militer DPRK", kata Choe. Ia mengacu pada Korea Utara dengan nama resminya Republik Rakyat Demokratik Korea atau DPRK.
Washington berusaha meningkatkan kerja sama keamanan regional dan meningkatkan latihan militer bersama sebagai tanggapan atas meningkatnya provokasi dari Korea Utara yang memiliki senjata nuklir. Namun langkah AS ini, menurut Korea Utara adalah bukti agresi AS.
Presiden AS Joe Biden membahas uji coba rudal Korea Utara dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pelaksanaan KTT G20 di Bali. Biden juga berbicara dengan para pemimpin Tokyo dan Seoul, karena khawatir bahwa Korea Utara akan segera melakukan uji coba nuklir ketujuh.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, militer telah mendeteksi rudal balistik yang ditembakkan dari daerah Wonsan di provinsi Kangwon sekitar pukul 10.48. Rudal itu terbang sekitar 240 km pada ketinggian 47 km dan kecepatan Mach 4, kata militer.
"Korea Selatan dan AS menegaskan kembali postur pertahanan bersama mereka yang kuat melalui latihan pertahanan rudal bersama yang dilakukan hari ini," katanya dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 17 November 2022. Ia merujuk pada latihan yang telah direncanakan.
Selain itu, Jepang mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah menembakkan rudal. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa tindakan Pyongyang mengancam perdamaian dan keamanan negara serta komunitas regional dan internasional.
Cheong Seong-chang, seorang peneliti di Institut Sejong, mengatakan kepada AFP bahwa tindakan Korea Utara itu adalah upaya untuk mengirim pesan ke Amerika Serikat dan Jepang.
Korea Utara melakukan serangkaian peluncuran awal bulan ini. Pada 2 November, Korea Utara menembakkan 23 rudal balistik, lebih banyak dari sepanjang tahun 2017.
Simak: Semenanjung Korea Memanas, Korea Utara dan Korea Selatan akan Kembali Berperang?
CNA | NUGROHO CATUR PAMUNGKAS