Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Reaksi Beragam Warga Menjelang Pemilu Malaysia

Reporter

image-gnews
Sejumlah warga sedang mengikuti perhitngan suara pemilu Malaysia 2018 di Hotel Sheraton Petaling Jaya, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis dini hari, 10 Mei 2018. Awang Azman
Sejumlah warga sedang mengikuti perhitngan suara pemilu Malaysia 2018 di Hotel Sheraton Petaling Jaya, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis dini hari, 10 Mei 2018. Awang Azman
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hajar Wahab, 22 tahun, seorang mahasiswi di Malaysia, mencoba untuk melawan apatisme politik dan memberi penyuluhan soal pemilu pada pemilih pemula tentang proses pemungutan suara menjelang pemilu Malaysia yang ketat pada 19 November. Hajar juga menjabat sebagai Ketua Organisasi Mahasiswa seluruh Malaysia

 

Di sebuah ruang makan di Universitas Islam Internasional Malaysia, Hajar berdiri di samping tempat pemungutan suara darurat, saat dia menunjukkan kepada sesama mahasiswa cara menandai dan memberikan suara pemilihan.

 

Menurutnya yang dipertaruhkan saat ini adalah stabilitas pemerintah. Malaysia terakhir kali menyelenggarakan pemilu pada 2018. Semenjak itu, Malaysia telah dipimpin tiga perdana menteri. Wahab telah menyaksikan runtuhnya dua pemerintahan, sementara dua koalisi oposisi utama terpecah.

 

Gejolak politik di Malaysia telah menguras tenaga para pemilih, dengan dua pemilihan lokal yang diadakan dalam satu tahun terakhir menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah dari rata-rata. Hajar mengatakan meski kelelahan itu bisa dimaklumi, penting bagi anak muda untuk menyuarakan kekesalannya di kancah nasional.

 

"Itu akan semakin mendorong Anda untuk memilih," kata Hajar. 

 

Kelompok pemilih muda di Malaysia cukup besar, yakni sekitar enam juta orang yang baru berhak memberikan suara. Hal itu karena dampak reformasi yang menurunkan usia pemilih dari 21 tahun menjadi 18 tahun dan memungkinkan pendaftaran otomatis. Pemilih di bawah usia 40 tahun sekarang merupakan setengah dari 21 juta pemilih.

 

Upaya para mahsiswa seperti Hajar tampaknya membuahkan hasil. Jajak pendapat terbaru menunjukkan jumlah pemilih akan meningkat di tengah masuknya pemilih baru dan saat kampanye meningkat menjelang hari pencoblosan.

 

“Pemilih muda merasa bahwa ini adalah pemilu penting yang tidak boleh mereka lewatkan, terutama kaum muda yang baru pertama kali memilih,” kata Ibrahim Suffian, Direktur lembaga survei independen Merdeka Center.

Baca juga: PM Inggris Liz Truss Mundur Buntut dari Krisis Politik

 

Menurutnya, kekhawatiran atas stabilitas dan kepemimpinan pemerintah datang pada saat inflasi meningkat dan prospek ekonomi yang mendung. Kondisi ini mendorong jumlah pemilih dalam pemilu Malaysia 2022.

 

Aliansi pendukung Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri, Barisan Nasional saat ini mencari mandat yang lebih kuat, dan menjauhkan diri dari skandal korupsi 1MDB bernilai miliaran dolar. Barisan Nasional menghadapi dua pesaing besar dalam pemilu ini. Pertama pemimpin oposisi anti kemapanan Anwar Ibrahim, dan kedua adalah mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, yang dipaksa keluar dari jabatannya setelah menghadapi Najib terkait 1MDB.

 

Beberapa partai kecil lainnya juga bersaing dalam pemilihan yang akan melihat 945 kandidat bersaing memperebutkan 222 kursi anggota parlemen Malaysia, sebuah faktor yang dapat membagi suara menjadi beberapa cara.

 

Blok saingan kemungkinan perlu membentuk aliansi karena tidak ada partai atau koalisi tunggal yang dapat memenangkan cukup kursi parlemen dan membentuk pemerintahan sendiri. Muhammad Imran Hazem Ashari, 22 tahun, warga Malaysia, mengatakan akan memilih partai mana pun yang dapat memberi stabilitas.

 

Beberapa pemilih tetap tidak tertarik oleh pertikaian politik yang terus-menerus, percaya bahwa pilihan mereka akan berdampak kecil. Eddie Putera Noordin, 55 tahun, seniman, mengatakan dia merasa memilih adalah kejahatan karena dia tidak percaya pada kandidat atau partai yang bersaing.

 

"Saya takut memilih karena siapa pun yang Anda pilih akan menjadi bagian dari koalisi yang lemah. Mereka harus membentuk aliansi dengan partai-partai yang ditolak dalam pemilihan, dan pada akhirnya akan membentuk pemerintahan yang sama," kata Eddie.

 

 

REUTERS | Nugroho Catur Pamungkas

Baca juga: Anwar Ibrahim Tuding Militer Lakukan Kecurangan dalam Pemilu Malaysia

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

2 jam lalu

Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 1.306.414 orang masuk dalam daftar pemilih tetap di Provinsi Papua Pegunungan yang akan menggunakan hak pilih untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten / Kota dan DPD. ANTARA / Gusti Tanati
Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

Perludem mencatat, dari 277 sengketa Pemilu 2024 yang masuk ke MK, hampir 10 persen terjadi di Papua Tengah.


Said Abdullah Caleg DPR dari PDIP Raih Suara Terbanyak Nasional, Kalahkan Dedi Mulyadi sampai Puan Maharani

1 hari lalu

Sebelumnya, Said Abdullah memberikan usulan penghapusan daya listrik 450 VA dalam rapat Banggar DPR RI bersama Kementerian Keuangan pada Senin, 12 September 2022 lalu. Said meminta pemerintah menaikkan daya listrik rumah orang miskin dan rentan miskin. Foto: Istimewa
Said Abdullah Caleg DPR dari PDIP Raih Suara Terbanyak Nasional, Kalahkan Dedi Mulyadi sampai Puan Maharani

Said Abdullah kader PDIP memperoleh suara terbanyak nasional, kalahkan Dedi Mulyadi dan Puan Maharani. Berikut harta kekayaannya.


Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

1 hari lalu

Komunitas LGBT Thailand berpartisipasi dalam Parade Hari Kebebasan Gay di Bangkok, Thailand, 29 November 2018. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

Parlemen Thailand dengan suara bulat menyetujui rancangan undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis


Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

1 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.


24 Tahun Vladimir Putin Menjadi Presiden Rusia, Pemilu Tahun ini Menang Besar

1 hari lalu

Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kremlin via RUETERS
24 Tahun Vladimir Putin Menjadi Presiden Rusia, Pemilu Tahun ini Menang Besar

24 tahun, Vladimir Putin berhasil mempertahankan tahta politiknya. Bagaimana rekam jejaknya berkuasa sebagai Presiden Rusia terlama?


Soal Tuntutan Pilpres 2024 Diulang Tanpa Dirinya, Apa Tanggapan Gibran?

2 hari lalu

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka masih beraktivitas seperti biasa di kantornya di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, menjelang penetapan hasil Pemilu 2024 oleh KPU RI hari ini, Rabu, 20 Maret 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Soal Tuntutan Pilpres 2024 Diulang Tanpa Dirinya, Apa Tanggapan Gibran?

Gibran mempersilakan bagi yang ingin memproses masalah Pemilu sesuai jalurnya.


Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

2 hari lalu

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih melalui kudeta pada 1 Februari 2021, memimpin parade tentara pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

Junta Myanmar mengumumkan bahwa pemilu Myanmar berikutnya berpotensi tak diselenggarakan secara nasional.


Sri Mulyani: Realisasi Anggaran Pemilu 2024 Rp 23,1 Triliun

3 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. Pemerintah menganggarkan  sebesar Rp48,7 triliun untuk pembayaran THR dan Rp50,8 triliun untuk gaji ke-13 ASN pada 2024 atau total tersebut naik Rp18 triliun dibandingkan anggaran pada 2023. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Sri Mulyani: Realisasi Anggaran Pemilu 2024 Rp 23,1 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan realisasi anggaran Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 sebesar Rp 23,1 triliun.


Dagang Sapi Politik Indonesia

4 hari lalu

Dagang Sapi Politik Indonesia

Politik Indonesia tak kunjung lepas dari "politik dagang sapi"-istilah bagi-bagi kekuasaan di kalangan elite partai melalui kursi kabinet.


Instagram Mulai Membatasi Konten Politik

4 hari lalu

Logo Instagram. Kredit: TechCrunch
Instagram Mulai Membatasi Konten Politik

Instagram akan membatasi konten politik dari konten yang tidak diikuti pengguna secara default.