TEMPO.CO, Jakarta - Prancis dan Inggris menuduh Iran mengancam warga negara mereka, setelah Republik Islam itu mengatakan agen intelijen Prancis telah ditangkap selama protes anti-pemerintah.
Teheran menuduh Barat memprovokasi kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematian wanita muda Kurdi Iran Mahsa Amini yang ditangkap polisi karena melanggar aturan berpakaian.
Baca juga: Satu Lagi Demonstran Iran Dihukum Mati
"Orang-orang dari negara lain ditangkap dalam kerusuhan itu, beberapa di antaranya berperan besar," kata Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi kepada TV pemerintah, Rabu, 16 November 2022.
"Ada unsur-unsur dari badan intelijen Prancis dan mereka akan ditangani sesuai hukum."
Prancis membantah pernyataan kementerian dalam negeri Iran itu dan menuntut pembebasan semua warganya yang ditahan di Iran.
Pada KTT G20 di Bali, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Iran semakin agresif "dengan penyanderaan yang tidak dapat diterima".
"Saya mendesak Iran untuk kembali tenang dan semangat kerja sama. Saya menyerukannya untuk menghormati stabilitas regional dan juga warga Prancis," katanya.
Paris mengatakan tujuh warga negara Prancis ditahan di Iran.
Robert Malley, utusan khusus AS untuk Iran, mengatakan di Paris bahwa sudah waktunya bagi negara-negara untuk mengoordinasikan tanggapan mereka terhadap warga yang ditahan di Iran untuk tujuan "penyanderaan sebagai alat tawar-menawar dan karena alasan politik".
Kematian Amini dan tindakan keras yang mengikutinya semakin mengisolasi Iran, sementara pemerintahnya berjuang untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia.
Sejak protes nasional dimulai lebih dari dua bulan lalu, Iran telah memanggil beberapa duta besar asing atas komentar mengenai kerusuhan yang dibuat oleh pejabat mereka.
Warga Inggris Jadi Sasaran
Kepala badan intelijen Inggris mengatakan dinas intelijen Iran telah mencoba setidaknya 10 kali untuk menculik atau bahkan membunuh warga negara Inggris atau individu berbasis di Inggris yang dianggap oleh Teheran sebagai ancaman.
Direktur Jenderal MI5 Ken McCallum mengatakan Teheran menggunakan kekerasan untuk membungkam kritik, "dinas intelijen agresif" juga mengancam warga Inggris secara langsung.
McCallum mengatakan dinas intelijen Iran adalah "musuh canggih" yang terkadang beroperasi menggunakan staf mereka sendiri atau meminta orang lain untuk bekerja atas nama mereka, dan terkadang siap untuk mengambil "tindakan sembrono".
Iran, yang mengatakan Amini meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, menuduh negara-negara Barat mencoba mengeksploitasi protes atas kasusnya untuk menggoyahkan pemerintahan ulama sejak Revolusi Islam 1979.
Berikutnya: 19 demonstran dihukum mati