TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina telah mengajukan permohonan baru ke Amerika Serikat untuk memasok drone yang kuat dan rudal anti-drone. Ukraina berharap Washington tidak menolak lagi seperti sebelumnya karena Rusia semakin beralih ke drone kamikaze dan menyerang infrastruktur sipil.
Baca: Pemimpin Dunia Siap Berunding di KTT G20, Didominasi Dampak Perang Rusia Ukraina
Menurut dokumen yang dilihat oleh Reuters dan orang-orang yang mengetahui permintaan tersebut, dalam surat pada 2 November 2022, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov meminta empat drone MQ-1C Grey Eagle. Dalam dokumen terpisah, untuk pertama kalinya ia meminta rudal anti-drone.
Drone, yang masing-masing berharga sekitar US$ 10 juta atau Rp 155,4 miliar, dan anti-drone AGM-114L atau LONGBOW akan memperkuat pertahanan udara sipil Ukraina serta membantu melawan meningkatnya penggunaan drone kamikaze buatan Iran yang jauh dari garis depan.
Sebelumnya, Amerika Serikat menolak permintaan Kyiv untuk memasok drone karena khawatir mereka dapat ditembak jatuh dan tidak penting untuk upaya perang Ukraina serta dapat meningkatkan konflik.
Namun Ukraina berharap Washington berubah pikiran karena digabungkan dengan permintaan LONGBOW dan secara eksplisit ditujukan untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur.
Ketika pasukannya dipukul mundur oleh pasukan Ukraina di beberapa daerah, Rusia meningkatkan serangan bulan lalu terhadap infrastruktur sipil seperti jaringan listrik dan sistem air, yang menyebabkan pemadaman listrik. Kyiv menyatakan serangan itu menghancurkan lebih dari sepertiga infrastruktur energinya.
Moskow telah mengakui menargetkan infrastruktur energi tetapi membantah menargetkan warga sipil.
Amerika Serikat telah memberikan sekitar US$ 17,9 miliar bantuan militer ke Ukraina sejak Rusia melancarkan "operasi militer khusus" pada 24 Februari lalu.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Garron Garn, menolak mengomentari permintaan khusus Ukraina itu.
"Dukungan kami berfokus pada peralatan yang relevan untuk pertarungan saat ini," kata Garn dalam sebuah pernyataan.
Dalam surat itu, Reznikov mengakui transfer MQ-1C Grey Eagle, yang dibuat oleh General Atomics, rumit tetapi mengatakan drone yang besar akan menggagalkan kemampuan Rusia untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Ukraina dan berpotensi memotong kemampuan Rusia untuk menyerang dari Belarusia.
Jika dipasangkan dengan varian rudal anti-drone Hellfire, Grey Eagles dapat berpatroli di ruang udara sipil jauh dari garis depan yang dipertahankan oleh sistem antiudara Rusia dan mungkin menghindari permusuhan dari Moskow.
Serangan di belakang garis depan menimbulkan tantangan besar bagi sistem pertahanan udara saat ini, tambah Reznikov dalam suratnya.
Kyiv sejauh ini mengandalkan campuran teknologi dan senjata era Uni Soviet yang dikirim oleh sekutu Barat, tetapi tidak memiliki sistem pertahanan udara terintegrasi untuk mengoordinasikan penembakan lintas platform yang membuat infrastruktur sipil rentan.
Pada hari-hari awal invasi, Ukraina meminta drone MQ-1C Grey Eagle untuk menembakkan rudal Hellfire menembak jatuh pesawat dan rudal jelajah Rusia. Namun Pentagon menolaknya pada awal musim gugur ini karena pejabat Amerika khawatir Rusia akan menangkap drone dan mencuri teknologinya.
Grey Eagle, versi Angkatan Darat dari drone Predator yang lebih dikenal luas, dapat terbang setinggi 25 ribu kaki atau 7.620 meter dan akan mewakili lompatan teknologi yang hebat untuk Ukraina.
Pesawat nirawak itu bisa terbang hingga 30 jam atau lebih, mengumpulkan data intelijen dalam jumlah besar dan membawa hingga delapan rudal Hellfire yang kuat.
Baca: Momen Rumah Elon Musk Mati Lampu Saat Virtual Meeting B20, Terpaksa Pakai Lilin
REUTERS