TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran pada Selasa, 8 November 2022, mengecam skater profesional Niloufar Mardani yang bertanding di luar negeri tanpa mematuhi aturan wajib hijab. Kecaman itu muncul di tengah protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, perempuan Kurdi yang tewas di tahanan polisi moral.
Baca: Duta Besar Qatar untuk Piala Dunia 2022 Sebut Homoseksual Tanda Kerusakan Pikiran
Pada Ahad lalu, Mardani yang telah menjadi anggota tim nasional speed skating Iran selama bertahun-tahun naik podium di Turki untuk menerima penghargaan juara pertama dalam satu kejuaraan tanpa mengenakan hijab. Atlet perempuan yang mewakili Iran wajib mengenakan hijab bahkan ketika tampil di luar negeri.
Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan Mardani tampil di podium di Istanbul mengenakan kemeja hitam dengan tulisan “Iran”.
Dalam sebuah pernyataan singkat, Kementerian Olahraga Iran menekankan soal menjaga nilai-nilai Islam dalam kompetisi olahraga dan menyatakan Mardani tidak berkompetisi dalam pakaian yang disetujui oleh kementerian.
"Atlet ini belum menjadi anggota tim nasional Iran sejak bulan lalu dan menghadiri kompetisi ini sebagai bagian dari perjalanan pribadi tanpa mendapatkan izin yang diperlukan," kata pernyataan itu. Kementerian menyatakan tim Iran tidak berpartisipasi dalam turnamen tersebut.
Bulan lalu, pemanjat tebing profesional Elnaz Rekabi mewakili tim nasional Iran dalam turnamen internasional di Korea Selatan tanpa mengenakan hijab. Ia menjadi berita utama di seluruh dunia. Dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah di bandara setibanya di Teheran, Rekabi meminta maaf dan mengatakan ia tak sengaja tak memakai hijab karena mendadak dipanggil untuk bertanding.
Masalah hijab menjadi topik utama aksi protes yang sedang berlangsung di negara itu. Beberapa video menunjukkan Sejumlah perempuan membakar hijab atau memotong rambut mereka.
Namun atlet laki-laki juga menjadi berita utama dalam beberapa pekan terakhir karena para pemain sepak bola berulang kali menolak melakukan selebrasi setelah mencetak gol di liga Iran.
Pada Ahad lalu, Saeed Piramoun, anggota tim sepak bola pantai nasional Iran, menirukan aksi memotong rambut setelah mencetak gol kemenangan Iran atas Brasil di babak final turnamen internasional di Uni Emirat Arab. Aksi simbolis itu tampaknya ditujukan untuk mendukung protes.
Piramoun dan anggota tim nasional lainnya menolak menyanyikan lagu kebangsaan di awal pertandingan dan penyerahan piala. Mereka menolak merayakan saat mengangkat trofi juara.
Sejumlah penggemar meneriakkan slogan-slogan anti kemapanan di dalam stadion dan melanjutkan hal yang sama di luar lapangan setelah pertandingan. Hal itu mendorong surat kabar resmi pemerintah untuk memperingatkan UEA tentang konsekuensi atas tindakan politik yang bermusuhan dengan tidak menghentikan aksi mereka.
Federasi Sepak Bola Pantai Iran pada hari Senin bersumpah akan menindak mereka yang tidak mematuhi etika profesional dan olahraga sesuai dengan peraturan. Wartawan dilarang berbicara dengan anggota tim di bandara setelah mereka kembali.
Partisipasi Iran dalam Piala Dunia 2022 di Qatar juga telah menimbulkan kontroversi. Ukraina dan beberapa negara lain menyerukan agar Iran dicoret dari turnamen.
Baca: Tragedi Halloween Itaewon, Kantor Kepala Polisi Korea Digeledah
AL JAZEERA