TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan mantan Presiden Barack Obama sepanjang akhir pekan berkampanye di Pittsburgh dan Philadelphia untuk membangkitkan semangat para simpatisan Partai Demokrat menjelang diselenggarakannya pemilu sela pada Selasa, 8 November 2022. Biden dan Obama mendorong para pemilih agar menggunakan hak konstitusional mereka.
"Dua tahun lalu, Anda menggunakan kekuatan itu untuk menjadikan Donald Trump bukan hanya mantan presiden, tetapi Anda membuatnya menjadi presiden yang kalah. Tahun ini, Anda memiliki kekuatan untuk menjadikan John Fetterman sebagai Senator Anda berikutnya," kata Biden kepada kerumunan pendukungnya yang bersorak-sorai di arena lapangan basket Temple University.
Baca juga: Anies Baswedan: Jangan Mau Dibentrok-bentrokkan, Pilpres Nanti Februari 2024
Dalam pemilu sela 2022, Fetterman dari Partai Demokrat akan berhadapan dengan Oz dari Partai Republik untuk memperebutkan jabatan Ketua Senat Amerika Serikat. Siapa pun yang memegang kursi jabatan ini, maka dia dapat mengendalikan Senat Amerika.
Barack Obama [unilad.co.uk]
Biden dan Obama berpendapat, memilih Fetterman di Senat Amerika dapat mewakili perbedaan pandangan antara perempuan yang memiliki hak untuk memilih, mempertahankan integritas pemilih, dan secara umum menjadi jalan terbuka untuk memajukan agenda Partai Demokrat.
Partai Demokrat menjadikan Partai Republik sebagai ancaman terhadap demokrasi secara umum. Tidak hanya itu, Partai berkuasa itu juga menyatakan Partai Republik dapat mengacaukan agenda Biden, di antaranya program untuk menurunkan biaya kesehatan, membantu rumah tangga di Amerika yang berjuang, dan berinvestasi dalam infrastruktur.
Selama kampaye di Pennsylvania, Obama berbicara kepada para simpatisan Partai Demokrat tentang berbagai masalah, mulai dari aborsi hingga kekerasan senjata. Dia juga mengancam politikus Partai Republik karena tidak memiliki rencana untuk mengatasi inflasi dan kejahatan yang terus meningkat.
Hasil jajak pendapat memperlihatkan Partai Demokrat lebih unggul (dari Partai Republik), namun dukungan pada Partai berkuasa itu mengalami penurunan akibat rentetan serangan dari Partai Republik.
USATODAY | POLITICO | NESA AQILA
Baca juga: 14 Tahun Lalu Barack Obama Menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44, Ini Kenangannya tentang Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini