TEMPO.CO, Jakarta -Mahathir Mohamad, politikus Malaysia yang berusia hampir 100 tahun, kembali mencalonkan diri pada Sabtu, 5 November 2022 dan kemungkinan akan menjadi pemilu terakhirnya.
Baca juga: Mahathir Mohamad Maju Jadi Calon Anggota Parlemen Malaysia di Usia 97 Tahun
Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob menyerukan pemilu diadakan 10 bulan lebih cepat dari jadwal. Dengan ini, partai berkuasa yang tercemar akibat korupsi, berusaha memperkuat pengaruhnya setelah empat tahun tersingkir.
Mahatir yang berusia 97 tahun merupakan pemegang Rekor Dunia Guinness "perdana menteri tertua di dunia saat ini".
Dia menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya pada 2018. Kini dia akan mempertahankan kursi parlemennya di pulau liburan Langkawi pada pemungutan suara 19 November nanti.
Setidaknya empat blok, termasuk blok yang dia pimpin telah bersaing untuk mendapatkan mayoritas di majelis rendah parlemen dengan 222 kursi.
Meskipun usianya sudah tua, dia masih terlihat sehat. Ketika Mahathir tiba di kantor pemerintah setempat di Kuah, dia disambut para pendukungnya dengan mengibarkan bendera partainya.
Mahathir mengatakan kepada wartawan bahwa dia memiliki "peluang bagus" untuk menang dan menertawakan saran bahwa dia harus pensiun.
"Saya masih berdiri dan berbicara dengan Anda, saya pikir saya membuat jawaban yang masuk akal," katanya.
Dia menambahkan partainya tidak akan membentuk aliansi apa pun dengan partai-partai yang dipimpin oleh "penjahat", menyindir Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang berkuasa.
Ismail, dari UMNO, dan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim, dari koalisi Pakatan Harapan, juga telah mengajukan pencalonan mereka di tempat lain di negara ini.
Anwar mendesak pemilih untuk datang dalam jumlah besar, karena kekhawatiran akan hujan deras selama musim hujan dapat mengurangi jumlah pemilih.
"Saya optimistis kami akan menang," katanya.
Sementara itu di Sabah, Malaysia, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan sejumlah pendukung partai oposisi kecil yang berusaha masuk ke pusat pencalonan di kota pedalaman Tenom. Ini terjadi setelah pencalonan pemimpin mereka ditolak.
Mengutip dari The Star, Hazani Ghazali yang merupakan kepala polisi keamanan internal, mengatakan bahwa gas air mata ditembakkan untuk membubarkan massa, tanpa ada laporan cedera.
Kekerasan serius jarang terjadi selama pemilu di Malaysia.
Sementara itu, Mahathir yang pernah memerintah negara Asia Tenggara dengan tangan besi dari 1981 hingga 2003, keluar dari masa pensiunnya untuk memimpin aliansi oposisi Pakta Harapan dalam pemilu 2018.
Aliansi reformis meraih kemenangan atas penahanan Najib, yang kemudian dihukum karena korupsi keuangan dana negara 1MDB. Sekarang, ia mendekam di penjara selama 12 tahun.
Mahathir menjadi perdana menteri lagi hanya dua bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-93, tetapi pemerintahannya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun karena pertikaian.
Saat ini dia juga menawarkan diri untuk menjadi perdana menteri untuk ketiga kalinya.
"Anda harus melihat keadaan negara. Begitu banyak korupsi dan begitu banyak kesalahan. Sudah waktunya untuk bertarung, bertarung, dan bertarung!" kata Hamidah Ayub, berusia 66 tahun yang merupakan pendukung Mahathir.
Mahathir diperkirakan akan menang dengan mudah di Langkawi.
Sementara itu, menurut seorang analis, mengincar jabatan perdana menteri untuk ketiga kalinya akan sulit bagi Mahathir.
"Waktu Tuan Mahathir telah berlalu," kata Bridget Welsh dari Universitas Nottingham Malaysia.
"Mahathir diberi kesempatan kedua dan menyia-nyiakannya. Peluangnya kali ini untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri sangat tipis."
Baca juga: Anwar Ibrahim Tolak Ajakan Kerja Sama Mahathir, Ini Alasannya
THEHINDU (NESA AQILA)