Analis mengatakan kepada ABC bahwa langkah itu merupakan peringatan bagi China di tengah kekhawatiran China akan menyerang Taiwan.
“Memiliki pesawat pengebom yang dapat menjangkau dan berpotensi menyerang daratan China bisa menjadi sangat penting dalam mengirim sinyal ke China bahwa tindakannya atas Taiwan juga dapat berkembang lebih jauh,” kata Becca Wasser dari Center for New American Security, dilansir Reuters.
Ketegangan dengan China telah membuat Australia utara menjadi pusat pertahanan penting bagi Amerika. Negeri Abang Sam telah berkomitmen menghabiskan US$1 miliar atau sekitar Rp15,59 triliun untuk meningkatkan aset militernya di kawasan itu.
Rencana Washington untuk Pangkalan Udara Tindal termasuk fasilitas operasi skuadron untuk digunakan selama musim kemarau Northern Territory, pusat pemeliharaan yang berdampingan, dan area parkir untuk enam B-52.
B-52, yang dirancang dan dibangun oleh Boeing, adalah pesawat pengebom paling berkemampuan tempur dalam inventaris AS. Pesawat pengebom jarak jauh itu telah menjadi tulang punggung Angkatan Udara AS dan mampu menggunakan senjata nuklir dan konvensional.
Angkatan Udara AS menyatakan bahwa kemampuan Australia untuk menjadi tuan rumah bagi pesawat pengebom dan melakukan latihan bersama menunjukkan terintegrasinya angkatan udara kedua negara.
Langkah Amerika tersebut kemungkinan akan mengobarkan ketegangan dengan China. Beijing mengutuk pakta AUKUS yang ditandatangani antara Australia, Amerika, dan Inggris pada 2021 yang mengusulkan memberi Canberra teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk pertama kalinya.
Pada saat itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pakta AUKUS yang bersejarah berisiko sangat merusak perdamaian regional dan mengintensifkan perlombaan senjata. Sebelumya Indonesia sempat menyatakan kekhawatiran atas AUKUS.
Baca juga: Latihan Nuklir NATO Melibatkan Pesawat Pengebom B-52
DANIEL AHMAD | REUTERS