TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin sampai Rabu, 2 November 2022, belum memutuskan apakah akan hadir di KTT G20 atau tidak. Di tengah kecaman Barat atas invasi Moskow ke Ukraina dan permintaan agar mendepak Rusia dari G20, Putin masih menggantungkan bentuk partisipasinya di rapat tingkat tinggi yang akan digelar di Bali November 2022.
"Tidak, keputusan (untuk menghadiri KTT G20) ini belum dibuat," kata Putin saat diwawancara wartawan di Sochi, Senin, 31 Oktober 2022.
KTT G20 dengan format tatap muka akan diadakan di Bali pada 15 dan 16 November 2022. Fokus presidensi Indonesia tahun ini adalah pemulihan ekonomi global paska-pandemi, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi.
Baca juga: 2 WNI yang Selamat dari Halloween Itaewon Jalani Masa Pemulihan
Akan tetapi, pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini dibayangi oleh krisis global di sektor pangan dan energi, yang dipicu oleh perang Rusia Ukraina. Dalam sejumlah pertemuan tingkat menteri, beberapa negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat mengecam dengan keras invasi Rusia ke Ukraina serta dampaknya terhadap krisis pangan dan energi.
Sampai November 2022, agresi Rusia ke Ukraina belum berakhir. Ukraina telah merebut kembali sebagian besar wilayah yang sebelumnya diduduki Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Sementara Rusia telah meningkatkan serangan rudal pada infrastruktur utama dan sasaran sipil.
Rusia juga mendapat kecaman dari negara-negara Barat karena telah menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum dan biji-bijian lewat Laut Hitam. Moskow sebelumnya mundur dari perjanjian di bawah PBB itu karena alasan keamanan.
Dosen Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan Putin (diproyeksi) tetap akan datang ke Bali, terlepas dari tekanan politik dari Barat terhadap Rusia. Dia menyebut Putin akan menggunakan KTT G20 untuk menjelaskan latar belakang terjadinya krisis Rusia-Ukraina dari berbagai perspektif, termasuk provokasi Ukraina dan NATO.
"Putin tidak mengkhawatirkan tekanan Barat karena Barat sudah terbelah akibat ketergantungan beberapa anggotanya atas energi dari Rusia," ujar Rezasyah kepada Tempo, Selasa, 1 November 2022.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyarankan supaya Rusia dikeluarkan dari G20. Ukraina juga menyerukan agar undangan menghadiri KTT G20 untuk Putin di Bali bulan depan, dicabut.
"Putin secara terbuka mengakui memerintahkan serangan rudal terhadap warga sipil Ukraina dan infrastruktur energi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko di Twitter, Selasa, 1 November 2022.
"Dengan tangan berlumuran darah, dia tidak boleh duduk satu meja dengan para pemimpin dunia. Undangan Putin ke KTT Bali harus dicabut, dan Rusia dikeluarkan dari G20," kata Nikolenko menambahkan.
Menjawab desakan Ukraina itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan kepada Tempo, Selasa, 1 November 2022. Inklusifitas adalah salah satu prinsip yang dikedepankan Indonesia. Presidensi G20 pada tahun ini dipegang oleh Indonesia.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, exclusion atau pengeluaran anggota G20 bukan hanya kewenangan presidensi namun itu harus diambil lewat keputusan bersama secara konsensus.
"Sepanjang sejarah G20, semua diambil secara konsensus. Jadi kami sampaikan, jika itu keinginan semua, ya presidensi akan jalankan. Pertanyaannya, apakah itu keinginan semua?" kata Retno saat wawancara dengan Tempo, 21 Oktober 2022.
Selain belum memutuskan untuk hadir di KTT G20, Putin juga masih menimbang bentuk partisipasinya di pertemuan pemimpin negara anggota APEC di Bangkok, Thailand, pada 19 November 2022.
Pekan lalu, pada Pertemuan Tahunan ke-19 Klub Diskusi Valdai di Moskow, Pemimpin Rusia itu mengatakan kemungkinan dirinya menghadiri KTT G20 di Indonesia bulan depan masih ada. Putin mengaku masih memikirkannya, namun menjamin Rusia masih akan tetap terwakili di G20.
Baca juga: Kimia Alizadeh Membelot dari Iran ke Negara di Eropa
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.