TEMPO.CO, Jakarta - Militer Korea Selatan menyatakan Korea Utara menembakkan lebih dari 100 peluru artileri dari pantai timurnya ke zona penyangga militer yang ditetapkan dalam perjanjian militer dengan Selatan pada Rabu, 2 November 2022.
Baca: Ingin Centang Biru di Twitter? Elon Musk: Bayar US$ 8
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan penembakan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian 2018. Penembakan terjadi setelah Korea Utara meluncurkan sejumlah rudal balistik termasuk yang mendarat di dekat perairan Selatan untuk pertama kalinya.
Rudal itu mendarat di luar perairan teritorial Korea Selatan, tetapi di selatan Garis Batas Utara (NLL), perbatasan maritim antar-Korea yang disengketakan.
Pesawat-pesawat tempur Korea Selatan menembakkan tiga rudal udara-ke-darat ke laut utara melintasi NLL sebagai tanggapan atas penembakan rudal Korea Utara. Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan senjata yang digunakan termasuk AGM-84H/K SLAM-ER, yang merupakan senjata serangan presisi buatan AS yang dapat terbang hingga sejauh 270 km dengan 360 kg hulu ledak.
Peluncuran Korea Selatan itu dilakukan setelah kantor Presiden Yoon Suk-yeol Yoon berjanji merespons dengan cepat dan tegas sehingga Korea Utara membayar harga untuk provokasinya.
“Provokasi Korea Utara hari ini adalah tindakan perambahan teritorial oleh rudal yang menembus NLL untuk pertama kalinya sejak divisi (kedua Korea),” demikian pernyataan dari kantor Presiden Yoon.
Korea Utara menyatakan serangkaian peluncuran tersebut sebagai tanggapan atas latihan militer sekutu.
Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa di Korea Utara, Pak Jong Chon, mengatakan jumlah pesawat tempur yang terlibat dalam Vigilant Storm—nama latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat—membuktikan latihan itu agresif dan provokatif dan secara khusus menargetkan Korea Utara. Pak mengatakan bahkan namanya meniru Operation Desert Storm yang dipimpin Amerika terhadap Irak pada 1990-an.
“Langkah berlebihan pasukan musuh untuk konfrontasi militer telah menciptakan situasi serius di semenanjung Korea,” kata Pak dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara KCNA, Rabu, 2 November 2022.
Pada hari Selasa di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Ned Price mengatakan latihan itu murni untuk pertahanan dan Amerika telah menjelaskan kepada Korea Utara bahwa mereka tidak memiliki niat bermusuhan terhadap negara itu.
Price menambahkan Amerika dan sekutunya juga telah menjelaskan bahwa akan ada biaya besar dan konsekuensi besar jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklir, yang akan menjadi langkah berbahaya dan tidak stabil.
Dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin menyebut peluncuran rudal Korea Utara itu belum pernah terjadi sebelumnya dan merupakan tindakan provokasi militer serius. Park mengatakan kedua pejabat tersebut mengutuk peluncuran tersebut dan setuju bekerja sama melawan ancaman Korea Utara.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan menyatakan, karena peluncuran tersebut, beberapa rute penerbangan di atas laut antara Korea Utara dan Jepang akan ditutup hingga Kamis pagi, 3 November 2022.
“Militer kami tidak akan pernah bisa mentoleransi tindakan provokatif Korea Utara semacam ini, dan akan menanggapi dengan tegas di bawah kerja sama erat Korea Selatan-Amerika Serikat,” kata JCS.
Baca: Tembakan Rudal Korea Utara Mengenai Perairan Kora Selatan
REUTERS