TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman, mendapat kritik keras karena menggambarkan kedatangan pencari suaka sebagai invasi. Anggota parlemen dari semua kubu langsung memperingatkan risiko menggunakan bahasa yang menghasut.
Pernyataan itu dikemukakan Suella Braverman pada Senin, 31 Oktober 2022 di depan parlemen, sehari setelah seorang pria menggunakan bom api untuk menyerang pusat pemrosesan imigrasi di kota pelabuhan Dover.
Braverman, yang berjuang untuk menyelamatkan pekerjaannya setelah dia mengaku melanggar aturan keamanan, mengatakan kepada parlemen pada hari Senin bahwa dia sedang bekerja untuk menghentikan "invasi di pantai selatan kita" sehubungan dengan kedatangan para migran dengan perahu kecil melintasi Selat Inggris.
Robert Jenrick, yang mengepalai imigrasi di bawah kementerian dalam negeri, mengatakan bahasa bosnya mencerminkan skala tantangan, setelah rekor jumlah hampir 40.000 pencari suaka tiba di Inggris dengan perahu kecil sepanjang tahun ini.
"Dalam peran saya, Anda harus memilih terminologi dengan bijak dan kami tidak ingin melihat insiden seperti di Dover terjadi lagi," katanya.
Braverman diangkat kembali menjadi menteri dalam negeri oleh Perdana Menteri Rishi Sunak minggu lalu, enam hari setelah dia mengundurkan diri dari jabatan itu karena melanggar peraturan menteri dengan mengirimkan dokumen pemerintah yang sensitif melalui email pribadinya.
Dia juga dituduh gagal mendengarkan nasihat hukum tentang penahanan migran yang berkepanjangan di pusat pemrosesan lain, dan gagal mendapatkan akomodasi memadai, kedua klaim yang dia bantah.
Roger Gale, seorang anggota parlemen di Partai Konservatif, mengatakan mendagri sebelumnya menyediakan akomodasi alternatif seperti hotel tetapi itu berhenti ketika Braverman menjabat.
"Saya tidak menerima atau mempercayai kata-kata mendagri ini," katanya kepada Times Radio. "Dia hanya benar-benar tertarik bermain di sayap kanan."
Kondisi di penampungan di Manston, Kent minggu lalu dijelaskan oleh Kepala Inspektur Independen Perbatasan dan Imigrasi David Neal sebagai "sangat menyedihkan". Sebuah laporan menemukan orang-orang tidur di lantai, beberapa tidak diberi akses telepon dan tidak diizinkan menutup pintu toilet sepenuhnya.
Dimaksudkan untuk menampung sekitar 1.500 migran selama kurang dari 24 jam sekaligus, jumlah migran membengkak menjadi lebih dari dua kali lipat, dengan satu keluarga Afghanistan mengatakan mereka telah berada di sana selama 32 hari.
"Mari berhenti berpura-pura mereka semua pengungsi dalam kesulitan, seluruh negara tahu itu tidak benar," kata Braverman kepada parlemen.
Yvette Cooper, juru bicara urusan dalam negeri untuk Partai Buruh, mengatakan retorika telah memburuk sejalan dengan kinerja pemerintah.
"Tidak ada menteri dalam negeri yang serius tentang keselamatan publik atau keamanan nasional akan menggunakan bahasa yang sangat menghasut pada hari setelah serangan bom bensin yang berbahaya di pusat pemrosesan awal Dover," katanya.
Reuters