TEMPO.CO, Jakarta -Setelah proses panjang selama nyaris enam bulan, Multibilioner Elon Musk akhirnya resmi mengakuisisi Twitter. Pasca resmi memiliki salah satu media sosial terbesar itu, ia langsung memecat beberapa petingginya. Apa alasannya?
Proses Akuisisi
Mengutip dari Reuters, Elon Musk telah mengambil alih kepemilikan Twitter Inc dengan efisiensi brutal, memecat eksekutif puncak tetapi memberikan sedikit kejelasan. Yakni tentang bagaimana ia akan mencapai ambisi yang telah ia uraikan untuk salah satu platform media sosial yang paling berpengaruh di dunia itu.
"Burung itu dibebaskan," tweetnya setelah dia menyelesaikan akuisisi US $44 miliar pada hari Kamis, 27 oktober 2022. Merujuk pada logo burung Twitter dengan anggukan yang jelas pada keinginannya untuk melihat perusahaan memiliki lebih sedikit batasan pada konten yang dapat diposting.
Pria yang juga merupakan CEO pembuat mobil listrik, Tesla Inc itu mendukung kebebasan berbicara. Bagaimanapun juga, ia mengatakan bahwa dia ingin mencegah platform menjadi ruang gema untuk kebencian dan perpecahan.
Baca juga : Dituding PHK Bos Twitter untuk Hindari Pembagian Saham, Ini Kata Musk
Tujuan lainnya termasuk ingin "mengalahkan" bot spam di Twitter dan membuat algoritme yang menentukan bagaimana konten disajikan kepada penggunanya tersedia untuk umum.
Musk yang juga menjalankan alias juragan perusahaan roket SpaceX, berencana untuk menjadi CEO sementara Twitter. Bahkan, Musk juga berencana untuk menghapus larangan permanen pada pengguna.
Sebelum menutup kesepakatan, Musk masuk ke markas Twitter pada hari Rabu dengan senyum lebar dan wastafel porselen, kemudian men-tweet “Entering Twitter HQ-let that sink in!” alias "biarkan itu meresap." Dia juga mengubah deskripsi profil Twitter-nya menjadi "Chief Twit."
Musk mengatakan pada bulan Mei bahwa dia akan membatalkan larangan Twitter terhadap Donald Trump, yang akunnya telah dihapus setelah serangan terhadap US Capitol. Seorang perwakilan untuk Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters, tetapi mantan presiden AS sebelumnya mengatakan dia tidak akan kembali ke platform dan malah meluncurkan aplikasi media sosialnya sendiri, Truth Social.
Regulator Eropa juga mengulangi peringatan sebelumnya...