TEMPO.CO, Jakarta - Rusia pada Senin, 31 Oktober 2022, menghujani kota-kota Ukraina dengan rudal. Ledakan dahsyat terdengar di sudut-sudut ibu kota Kyiv.
Situs berita milik pemerintah Ukraina, Ukrinform, menyebutkan sistem pertahanan anti-pesawat telah diaktifkan di kota Kyiv. Pihak berwenang setempat meminta warga untuk tinggal di tempat perlindungan bom sampai peringatan serangan udara berakhir.
Menurut penduduk Kyiv, serangkaian ledakan terdengar di kota itu.
Selain itu, sistem pertahanan anti-pesawat telah diaktifkan di wilayah Vinnytsia pada Senin pagi. Pemerintah setempat melaporkan serangan rudal musuh.
“Rudal Rusia lainnya menghantam infrastruktur penting Ukraina. Alih-alih bertempur di medan perang, Rusia memerangi warga sipil,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
"Jangan membenarkan serangan ini dengan menyebutnya sebagai 'reaksi'. Rusia melakukan ini karena masih memiliki rudal dan keinginan untuk membunuh warga Ukraina."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, mengatakan rudal telah menghantam infrastruktur energi di Kyiv dan kota-kota lain, menyebabkan pemadaman listrik dan air.
“Rusia tidak tertarik pada pembicaraan damai, atau keamanan pangan global. Satu-satunya tujuan Putin adalah kematian dan kehancuran.”
Tidak ada tanggapan segera dari Moskow, yang menuduh Kyiv menyerang Armada Laut Hitamnya di pelabuhan Krimea dengan 16 pesawat tak berawak pada hari Sabtu.
Awal bulan ini, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak dimulainya perang di Kyiv dan kota-kota Ukraina lainnya, dalam apa yang dikatakan sebagai balasan terhadap serangan di jembatan Krimea.
Ukraina tidak membenarkan atau membantah berada di balik serangan terhadap armada Rusia, seperti juga atas ledakan di Krimea.
Boikot pengiriman gandum
Rusia menyebut serangan terhadap armada Laut Hitam sebagai alasan menarik diri dari kesepakatan untuk mengizinkan pengiriman gandum Ukraina.
Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor makanan terbesar di dunia, dan blokade Rusia terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina menyebabkan krisis pangan global awal tahun ini. Menyusul pengumuman Rusia yang akan menghentikan kerjasama dengan ekspor biji-bijian, harga gandum berjangka Chicago melonjak lebih dari 5 persen pada hari Senin.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia "mengancam dunia dengan kelaparan" setelah menarik diri dari kesepakatan ekspor makanan yang dinegosiasikan oleh PBB dan Turki.
Di antara kapal-kapal yang ditahan Rusia termasuk pembawa puluhan ribu ton gandum milik Program Pangan Dunia PBB untuk tanggap darurat di Tanduk Afrika, kata Zelensky dalam pidato semalam.
Kementerian infrastruktur Ukraina mengatakan total 218 kapal "diblokir secara efektif".
Kesepakatan biji-bijian mengharuskan Rusia dan Ukraina untuk mengoordinasikan inspeksi dan transit kapal melalui Laut Hitam dengan PBB dan Turki bertindak sebagai mediator.
Tidak ada kapal yang bergerak pada hari Minggu. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan telah setuju dengan Turki dan Ukraina tentang rencana transit hari Senin bagi 16 kapal memindahkan biji-bijian Laut Hitam - 12 keluar dan empat masuk. Tidak ada tanggapan segera dari Rusia.
PBB mengatakan para pejabat Rusia telah diberitahu tentang rencana tersebut, bersama dengan niat untuk memeriksa 40 kapal keluar pada hari Senin, dan mencatat bahwa "semua peserta berkoordinasi dengan militer masing-masing dan otoritas terkait lainnya untuk memastikan perjalanan yang aman dari kapal komersial" di bawah kesepakatan.
Presiden AS Joe Biden pada hari Sabtu menyebut langkah Rusia "benar-benar keterlaluan" dan mengatakan itu akan meningkatkan kelaparan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Moskow mempersenjatai makanan.
Pada hari Minggu, duta besar Rusia untuk Washington, mengatakan tanggapan Amerika Serikat "keterlaluan" dan tidak sesuai dengan langkah Moskow.
Reuters, Ukrinform