TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Rusia melaporkan kontraksi pada ekonomi Rusia ternyata lebih kecil dari yang diperkirakan. Dalam laporan yang dipublikasi pada Jumat, 28 Oktober 2022, Bank Sentral Rusia melihat GDP negara itu mengalami penurunan sampai 3 persen atau menjadi 3,5 persen pada tahun ini. Sebelumnya diproyeksikan GDP akan turun 4 sampai 6 persen.
Pada akhir April 2022, Bank Sentral Rusia telah memperkirakan GDP akan turun 8 – 10 persen. Proyeksi Bank Sentral juga menyebutkan ekonomi Rusia akan kembali tumbuh pada 2024 – 2025.
Bank Sentral Rusia dalam laporannya pada Jumat, 28 Oktober 2022, menahan suku bunga pada 7,5 persen setelah enam kali pemangkasan berturut-turut. Alasannya karena ada risiko inflasi lebih tinggi lagi.
“Ada sebuah keseimbangan antara risiko pro-inflasi dengan disinflasi dalam jangka pendek. Untuk jangka menengah, risiko proinflasi masih mendominasi dan tumbuh sedikit sejak pertengahan September 2022,” demikian keterangan Bank Sentral Rusia.
Menurut laporan Bank Sentral Rusia, inflasi tahunan masih akan melambat secara bertahap. Pada September 2022, pertumbuhan harga-harga melambat menjadi 13,7 persen secara tahunan setelah pada Agustus 2022 tercatat 14,3 persen.
Inflasi pada sektor rumah tangga dan bisnis diperkirakan bakal masih tinggi. Inflasi akan naik sedikit dibanding pada bulan-bulan musim panas. Inflasi diperkirakan bakal mendekati 4 persen.
Sebelumnya pada Juli 2022, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell menilai sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat ke Rusia bakal merugikan Moskow. Sanksi dan dampaknya dipastikan bakal dialami Rusia karena menginvasi Ukraina
Baca juga:Vladimir Putin Meyakini Dunia Sedang di Tepi Jurang
Borrell mengklaim, produksi mobil Rusia hampir terhenti. Lebih dari dua pertiga armada pesawat sipil Rusia juga mengalami banyak kesulitan untuk terbang karena mereka tidak memiliki suku cadang atau produk internal.
Akan tetapi, Borrell mengakui sanksi memang (belum) menghentikan perang. Kendati begitu, sanski telah menempatkan banyak kesulitan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, di antaranya untuk membiayai mesin perang dan harus membuat ekonomi Rusia terus bekerja. Sanksi disebut Borrell telah membuat pembangunan ekonomi Rusia mundur 20 tahun.
Sumber: RT.com
Baca juga: Inflasi di Cina Naik
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.