Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu, 23 Oktober 2022, mengutarakan keyakinan adanya kemungkinan perdamaian di Ukraina meskipun Rusia memperingatkan konflik di sana bisa saja meningkat.
“Ada prospek bagi perdamaian. Itu akan terjadi dalam beberapa saat lagi,” kata Macron, dalam sebuah konferensi di Roma, Italia yang ditujukan untuk mengupayakan perdamaian dunia.
Asap mengepul setelah serangan pesawat tak berawak Rusia, yang oleh otoritas setempat dianggap sebagai kendaraan udara tak berawak (UAV) Shahed-136 buatan Iran, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Kyiv, Ukraina, Senin, 17 Oktober 2022. REUTERS/Gleb Garanich
Baca juga:Jokowi Bicara Ukraina dengan Emmanuel Macron di KTT G7: Situasi Kompleks
Menurut Macron, berkaca pada hal-hal yang berkembang saat ini dan ketika warga Ukraina serta para pemimpin di negara itu mencapai kata sepakat, maka kesepakatan damai bisa terwujud dikedua belah pihak yang bertikai.
Prancis berulangkali menekankan pentingnya menjaga saluran diplomatik negara-negara Barat dengan Moskow sejak militer Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Pada Minggu, 23 Oktober 2022, Rusia menembakkan rudal dan mengerahkan drone ke Mykolaiv, Ukraina. Moskow mengatakan konflik cenderung ke arah, yang tak bisa terkendali.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sebelumnya pada hari Minggu lalu telah mendiskusikan situasi di Ukraina lewat telepon dengan Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Inggris dan Menteri Pertahanan Turki.
Tanpa memberikan bukti, Shoigu mengatakan Ukraina bisa membuat ketegangan memburuk dengan mengerahkan sebuah bom kotor, yakni alat peledak yang dicampur dengan bahan radio aktif. Ukraina tidak memiliki senjata nuklir, namun Rusia berkeras perlu melindungi teritorialnya dari senjata nuklir.
Selain Rusia, Inggris juga berkeinginan meredakan konflik. Inggris siap membantu Ukraina dan Rusia dalam mencari resolusi untuk perang yang berlangsung hampir delapan bulan.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menteri Pertahanan Inggris Klarifikasi soal Penggunaan Bom Kotor di Perang Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.