TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Brasil, Roberto Jefferson, akhirnya menyerah pada Ahad, 23 Oktober 2022, setelah melukai dua polisi ketika menolak ditangkap atas perintah Mahkamah Agung. Dua polisi tersebut terluka karena pecahan granat yang dilempar oleh mantan anggota kongres itu.
Baca: Akibat Ditikam di New York, Salman Rushdie Buta Sebelah Mata
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berusaha menjaga jarak dari sekutunya itu dengan mengekspose sebuah video di media sosial setelah penahanannya. Ia mengatakan seseorang yang telah menembak polisi harus diperlakukan sebagai penjahat.
Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial pada Ahad pagi, Jefferson menunjukkan gambar para polisi federal tiba di rumahnya. Di video lain, ia mengakui menyasar mobil polisi, bukan para polisi.
Hakim Agung Alexandre de Moraes telah memerintahkan Jefferson dijebloskan ke penjara setelah presiden partai politik PTB itu merilis sebuah rekaman yang menyerang hakim Carmen Lucia, karena keputusan-keputusan yang ia buat menyangkut pemilihan presiden. Dalam keputusannya, Moraes mengatakan Jefferson tidak memenuhi syarat untuk menjadi tahanan rumah.
Jefferson telah diselidiki untuk dugaan keterlibatan dalam memproduksi berita-berita palsu. Pada Jumat lalu, ia merilis statemen yang menyerang Carmen Lucia, yang memutuskan membagikan sebagian jam tayang Bolsonaro kepada kandidat dan mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva setelah politikus sayap kiri itu mengadukan serangan dalam iklan-iklan politik pesaingnya.
Dua senator oposisi, Randolfe Rodrigues dan Eliziane Gama, telah meminta Hakim Agung menghukum Jefferson karena menyerang Lucia.
Ketegangan politik di Brasil meningkat menjelang pemilu presiden pada Ahad, 30 Oktober 2022. Bolsonaro sebelumnya telah mencuit untuk mengutuk komentar-komentar Jefferson terhadap sang hakim dan penolakannya untuk dipenjara. Lula mengatakan isu tersebut seharusnya telah diselesaikan polisi dan menyalahkan Bolsonaro untuk kekerasan politik yang meningkat.
Baca: Presiden Emmanuel Macron Yakin Rusia Ukraina Bisa Berdamai
REUTERS