TEMPO.CO, Jakarta - Fasilitas dan infrastruktur energi di berbagai kawasan Ukraina dilaporkan digempur belasan peluru kendali Rusia pada Sabtu waktu setempat. Akibatnya, berbagai daerah menjadi gelap karena listrik padam.
Sejak 10 Oktober, Rusia melancarkan serangan pada infrastruktur listrik Ukraina. Rangkaian serangan tersebut mengenai sedikitnya setengah dari pembangkit listrik termal serta hingga 40 persen keseluruhan sistem.
Baca juga: Top 3 Dunia: Pembangkit Ukraina Diserang Rusia, Meme Dukung Boris Johnson Beredar
Tak lama setelah fajar, para pejabat di berbagai daerah melaporkan bahwa fasilitas-fasilitas energi mendapat serangan dan listrik padam. Sementara itu, para petugas teknik bergulat memperbaiki jaringan.
Para gubernur di kawasan itu menyarankan para warganya untuk meningkatkan persediaan air. Listrik di beberapa kawasan di Kiev, ibu kota Ukraina, padam sampai petang hari. Di salah satu distrik pusat kota, lampu di toko-toko padam --begitu pula dengan lampu lalu lintas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan rentetan serangan Rusia menghantam banyak target. "Serangan massal terbaru ini terjadi di mana-mana," kata Zelensky, sambil menyebut wilayah barat, tengah, dan selatan di Ukraina.
Ia menyatakan tekad bahwa dengan bantuan mitra-mitranya kemampuan militer negaranya akan semakin kuat dalam menangkal rudal.
"Tentu kami tidak punya kemampuan teknik untuk menghancurkan 100 persen rudal dan drone Rusia. Saya yakin, secara bertahap kami bisa mencapai level itu dengan bantuan dari mitra-mitra kami," katanya.
Pasukan Ukraina sudah menembak jatuh 20 rudal serta lebih dari 10 pesawat nirawak (drone) buatan Iran, Shahed, kata Zelensky. Komando angkatan udara Ukraina sebelumnya mengatakan ada 33 rudal yang ditembakkan terhadap Ukraina. Sebanyak 18 di antaranya ditembak jatuh.
Sementara itu, otoritas pendudukan Rusia di Kota Kherson, Ukraina selatan, meminta para warga sipil segera meninggalkan daerah itu. Alasannya, kondisi militer sedang tegang.
Militer Ukraina mengatakan mencapai kemenangan saat pasukannya bergerak pindah ke kawasan selatan melalui wilayah Kherson. Mereka mengambil alih kendali di sedikitnya dua desa yang dikatakannya sudah ditinggalkan Rusia.
Baca juga: Pasukan Elite AS Siap Perang Lawan Rusia di Ukraina
REUTERS