TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin dari 27 negara anggota Uni Eropa akan bertemu pada Kamis, 20 Oktober 2022, untuk merundingkan lagi ihwal batas harga gas. Negara-negara Eropa masih terpecah, menandakan kesepakatan sulit tercapai dalam konferensi tingkat tinggi yang akan diadakan di Brussel tersebut.
Baca: Pejabat Uni Eropa Minta Maaf Pernyataannya Dinilai Rasis
"Kesepakatan sangat tidak mungkin (tercapai dalam KTT ini). Pendapat tampaknya saling bertentangan," kata seorang diplomat senior Uni Eropa menjelang pertemuan, dikutip dari Reuters.
Sebanyak 27 negara anggota Uni Eropa diharapkan mendukung batas harga alternatif untuk gas alam cair dan pembelian gas bersama. Kesepakatan itu harus dicapai setelah sebelumnya blok itu setuju untuk memotong konsumsi dan memperkenalkan pungutan atas keuntungan di sektor energi.
Suara mereka tetap terpecah seperti bulan lalu mengenai mekanisme batas harga gas untuk membendung inflasi yang tinggi dan mencegah resesi, khususnya setelah Rusia memotong aliran gas menyusul invasi ke Ukraina. Sebanyak 15 negara termasuk Prancis dan Polandia mendorong beberapa bentuk pembatasan. Mereka menghadapi tantangan keras dari Jerman dan Belanda - yang masing-masing merupakan pembeli gas, negara dengan ekonomi terbesar Eropa, dan pusat perdagangan gas utama Eropa.
Para pemimpin negara anggota Uni Eropa juga akan membahas pengeluaran darurat untuk mengurangi dampak krisis energi akut terhadap ekonomi mereka dan 450 juta warga. Beberapa negara telah meminta blok tersebut untuk mengeluarkan utang bersama baru. Sementara anggota yang lebih hemat mengatakan ratusan miliar euro yang tidak digunakan dari program sebelumnya harus dibelanjakan terlebih dahulu.
Ketidaksepakatan lainnya mengenai bantuan cepat melalui subsidi langsung kepada sektor domestik dan bisnis. Bidang lain yang jadi perdebatan adalah soal investasi energi hijau, yang akan membuat blok tersebut lebih tangguh di masa depan. "Perpecahan bukanlah kemewahan yang kami mampu," kata ketua KTT, Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Mengingat persamaan dan kepentingan energi negara-negara Uni Eropa yang beragam, pertemuan itu berisiko gagal menghasilkan tindakan nyata. Inggris berpeluang mendapat energi lebih murah, hingga ancaman terhadap stabilitas pasokan Uni Eropa itu sendiri.
Think-tank yang fokus di bidang transisi perubahan iklim, E3G, menilai persatuan Uni Eropa di bawah tekanan yang berbahaya. Fragmentasi sikap negara-negara anggota, yang mengambil sikap nasional sendiri, menimbulkan tanda tanya respons Uni Eropa.
Para menteri energi Uni Eropa bertemu lagi minggu depan, tetapi diplomat senior lainnya mengatakan mereka tidak mengharapkan keputusan yang lebih rinci sebelum November.
Baca juga: Diplomat Top Uni Eropa Diduga Rasis, Uni Emirat Arab hingga Afrika Bereaksi
REUTERS