TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ebrahim Raisi menyalahkan Presiden AS Joe Biden karena menghasut warga untuk menciptakan "kekacauan, teror, dan kehancuran" di Iran, kantor berita resmi IRNA melaporkan, Minggu, 16 Oktober 2022, di tengah protes yang mengguncang negara itu selama empat minggu terakhir.
"Presiden Amerika melalui komentarnya untuk menghasut kekacauan, teror, dan kehancuran di negara lain, harus diingatkan akan kata-kata abadi pendiri Republik Islam, yang menyebut Amerika sebagai setan besar," kata Raisi.
"Iran harus mengakhiri kekerasan terhadap warganya sendiri hanya dengan menjalankan hak-hak dasar mereka," kata Presiden AS Joe Biden pada hari Sabtu.
Ketika pasukan keamanan disibukkan demo yang terjadi di berbagai kota dan kampus, tiba-tiba sebuah penjara di EvinI terbakar pada Sabtu malam, 15 Oktober 2022, menewaskan empat tahanan dan melukai 61 lainnya.
Pihak berwenang Iran mengatakan pada hari Sabtu bahwa bengkel penjara telah dibakar "setelah perkelahian di antara sejumlah tahanan yang dihukum karena kejahatan keuangan dan pencurian". Evin menahan banyak tahanan yang menghadapi tuduhan keamanan, termasuk warga Iran dengan kewarganegaraan ganda.
Pengadilan Iran mengatakan empat dari mereka yang terluka dalam kebakaran hari Sabtu berada dalam kondisi kritis dan bahwa korban tewas karena menghirup asap, media pemerintah Iran melaporkan.
Protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada 16 September telah berubah menjadi salah satu tantangan paling berani terhadap penguasa ulama Iran sejak revolusi 1979, dengan pengunjuk rasa menyerukan kejatuhan Republik Islam.
Demonstrasi berlanjut di beberapa universitas pada hari Minggu, termasuk di kota Tabriz dan Rasht, hingga pengerahan besar-besaran polisi anti-huru-hara. Video yang diposting di media sosial menunjukkan mahasiswa di universitas Teheran meneriakkan, "Iran telah berubah menjadi penjara besar. Penjara Evin telah menjadi rumah jagal."
Keluarga beberapa tahanan politik turun ke media sosial untuk meminta pihak berwenang memastikan keselamatan mereka di penjara Evin, yang pada tahun 2018 dimasukkan dalam daftar hitam oleh pemerintah AS karena "pelanggaran hak asasi manusia yang serius".
Rekaman penjara yang ditayangkan di televisi pemerintah beberapa jam setelah kebakaran tampaknya menunjukkan bahwa ketenangan telah kembali ke fasilitas dengan narapidana tertidur di bangsal mereka. Itu juga menunjukkan petugas pemadam kebakaran memeriksa bengkel dengan kerusakan akibat kebakaran di atap.
Atena Daemi, seorang aktivis hak asasi manusia, mengatakan bahwa kerabat tahanan di bagian perempuan telah pergi ke Evin untuk jam berkunjung, tetapi pihak berwenang menolak akses mereka, yang mengakibatkan kebuntuan. Tahanan "baik-baik saja, tetapi teleponnya rusak", mereka diberitahu, menurut Daemi. Dia kemudian men-tweet bahwa beberapa tahanan wanita telah menelepon keluarga mereka.
Suami jurnalis Iran Niloofar Hamedi, yang menyampaikan berita tentang rawat inap Amini dan ditangkap bulan lalu, juga menulis di Twitter bahwa dia telah meneleponnya pada hari Minggu.
Pengacara seorang warga Iran Amerika yang ditahan di Evin, Siamak Namazi, dipenjara selama hampir tujuh tahun atas tuduhan terkait spionase yang ditolak oleh Amerika Serikat sebagai tidak berdasar, mengatakan pada hari Minggu bahwa Namazi telah menghubungi kerabatnya.
Reuters