TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 11 orang tewas dan 53 terluka ketika sebuah bus menabrak alat peledak di Mali tengah pada Kamis, menurut sumber rumah sakit.
Seperti dilansir Al Arabiya Jumat 14 Oktober 2022, ledakan terjadi di jalan antara Bandiagara dan Goundaka di daerah Mopti pada Kamis petang, kata seorang sumber keamanan. Wilayah ini dikenal sebagai sarang kekerasan ekstremis.
Sebelumnya, polisi dan sumber-sumber lokal mengabarkan korban sementara 10 orang tewas dan banyak yang terluka parah.
“Kami baru saja memindahkan sembilan jenazah ke klinik. Dan ini belum berakhir,” kata Moussa Housseyni dari Asosiasi Pemuda Bandiagara setempat. Ia menambahkan bahwa korban adalah warga sipil.
Baca juga: PBB: Militer Mali dan Tentara Bayaran Rusia Bunuh 50 Warga Sipil
Mali telah lama berjuang dengan pemberontakan ekstremis yang telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Ranjau dan alat peledak improvisasi (IED) adalah salah satu senjata pilihan ekstremis. Mereka dapat meledak pada benturan atau diledakkan dari jarak jauh.
Sebuah laporan oleh MINUSMA, misi PBB di Mali, menemukan bahwa ranjau dan IED telah menyebabkan 72 kematian pada hingga 31 Agustus 2022. Sebagian besar korban adalah tentara - tetapi lebih dari seperempatnya adalah warga sipil, katanya. Tahun lalu, 103 orang tewas dan 297 terluka oleh IED dan ranjau.
Baca juga: Jet Tempur Shukoi SU-25 Mali Jatuh saat Mendarat, 2 Tentara Tewas
AL ARABIYA