TEMPO.CO, Jakarta - Perang Rusia - Ukraina kian terus membara. Konflik keduanya membuat was-was dunia terkait penggunaan senjata nuklir. Selain dapat langsung membunuh jutaan jiwa, ternyata radiasi nuklir berefek bagi kesehatan yang menimbulkan beragam jenis penyakit mematikan pada manusia.
Baca juga: NATO Gertak Balik Rusia soal Penggunaan Senjata Nuklir
Nuklir dalam batas tertentu dapat dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik, mensterilkan peralatan, dan lainnya. Namun jika penggunaannya berlebihan, maka dampak radiasi nuklir bagi kehidupan manusia jauh lebih buruk. Lantas, seberapa besar efeknya?
Apa Itu Radiasi Nuklir
Sebelum mengenal efek radiasi nuklir, maka ketahui lebih dulu apa itu radiasi nuklir. Dilansir dari Medical News Today, radiasi nuklir adalah energi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif yang dapat terurai menjadi atom lebih stabil. Contoh unsur radioaktif, yakni uranium (U), radon (Rn), plutonium (Pu), thorium (Th), dan curium (Cu). Atom radioaktif secara alami ada di sekitar kita, mulai dari bebatuan sampai beraneka ragam makanan. Namun, sel-sel tubuh hanya mampu menerima radiasi dalam jumlah rendah.
Sumber Radiasi Nuklir
Paparan radiasi nuklir dapat terjadi di lingkup industri dengan tingkat kerawanan tinggi, seperti PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). Pada umumnya, manusia terkena radiasi nuklir sekitar 0,62 Rad (620 Gray) setiap tahunnya. Radiasi tersebut berasal dari radon di udara, perawatan medis, dan industri. Namun paparan ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi tubuh. Radiasi sinar X di dada setara paparan selama 10 hari dan CT scan setara dengan radiasi selama 8 tahun.
Orang yang tinggal di dataran tinggi meningkatkan peluang terpapar radiasi lebih besar. Air yang diminum manusia ternyata juga mempengaruhi atas paparan 0,03 rad dalam setahun. Tanpa disadari, kegiatan sepele seperti menonton TV, naik pesawat terbang, melewati pemindai keamanan, dan menggunakan smartphone juga mendekatkan Anda kepada sumber radiasi.
Bahkan perokok aktif disinyalir memiliki paparan radiasi nuklir lebih tinggi dibandingkan perokok pasif dan non-perokok. Pasalnya, tembakau mengandung zat yang dapat berubah menjadi polonium 210. Perokok juga lebih sensitif terhadap radon, sehingga meningkatkan peluang terkena kanker paru-paru.
Kadar Radiasi Nuklir yang Berbahaya
Mengenal kadar radiasi nuklir yang berbahay sangat penting diketahui. Satuan radiasi terdiri dari Rad, Grays, Rems, dan Sieverts. 1 Rad setara dengan 0,01 Grays. Adapun rincian kadar radiasi nuklir yang berbahaya untuk manusia, yakni:
- Kurang dari 30 Rad: terdeteksi adanya paparan di dalam darah.
- 30-200 Rad: orang akan menunjukkan gejala sakit ringan.
- 200-1.000 Rad: orang mulai menunjukkan gejala sakit parah.
- Di atas 1.000 Rad: berakibat fatal.
Gejala Orang yang Terkena Radiasi Nuklir
Penyakit yang timbul akibat radiasi nuklir bisa bersifat akut (terjadi setelah terpapar) atau kronis (muncul dari waktu ke waktu). Tanda awal yang mudah dikenali meliputi:
- Muntah, mual, dan diare.
- Pusing
- Kehilangan nafsu makan.
- Merasa tidak enak badan (malaise).
- Detak jantung sangat cepat.
Sementara itu, untuk gejala lebih lanjut berdasarkan dosisnya berupa:
- Dosis 30 Rad mengakibatkan sakit kepala, mual, muntah, dan kehilangan sejumlah sel darah putih.
- Dosis 300 Rad menyebabkan rambut rontok, kerusakan sel saraf, dan gangguan pada saluran pencernaan.
Efek Radiasi Nuklir Pada Manusia
Risiko penyakit yang dihasilkan tergantung dari besarnya dosis radiasi nuklir. Pada dosis kecil, seseorang mungkin hanya mengalami gejala ringan selang beberapa jam. Namun dalam kadar tinggi (1.000-3.000 Rad), seseorang bisa kehilangan kesadaran, kejang (tremor), sampai koma setelah 3 hari.
Dalam jangka panjang bisa mengakibatkan hilangnya sel darah putih sehingga tubuh kehilangan antibodi untuk melawan infeksi. Kemudian berkurangnya trombosit sehingga rawan pendarahan., masalah kesuburan, serta penurunan fungsi ginjal, anemia, katarak, dan masalah jantung.
Radiasi yang dilakukan secara berulang juga berbahaya bagi kulit dan sumsum tulang belakang. Radiasi turut meningkatkan risiko mutasi genetik akibat kerusakan DNA. Pada akhirnya dapat berimbas pada keturunan yang cacat atau memiliki kelainan fisik.
Baca: Dubes Rusia Sebut Pernyataan Putin soal Nuklir Dipelintir Barat
MELYNDA DWI PUSPITA