TEMPO.CO, Jakarta - Temesghen Ghebru Ghebremedhin, 35 tahun, terduga bos perdagangan manusia, ditangkap di Ethiopia setelah dua tahun dalam pelarian atau buronan. Ghebremedhin sudah diekstradisi untuk menghadapi persidangan di Italia.
Kabar tertangkapnya Ghebremedhin dibocorkan oleh sumber di Kementerian Kehakiman Italia pada Selasa, 11 Oktober 2022. Ghebremedhin dianggap sebagai orang penting dari sebuah organisasi transnasional besar untuk menyelundupkan migran dari negara-negara di Afrika Barat ke Eropa.
Baca juga: Rizky Billar Lempar Bola Biliar ke Lesti Kejora, Reaksi Diam Orang Sekitar Disorot
Ghebremedhin adalah warga negara Eritrea, yang didakwa karena menjadi bagian dari organsasi kejahatan internasional yang terorganisir dan bersekongkol dengan migrasi illegal. Dia dibekuk di Bandara Addis Ababa, Ethiopia.
Hakim Palermo, Sicily, Italia, sudah menerbitkan sebuah surat penahanan Ghebremedhin dan sejumlah pelaku perdagangan manusia pada 2020.
Ghebremedhin sebelumnya sudah masuk dalam daftar buronan Interpol. Dia pernah dihentikan saat melakukan perjalanan ke Australia, di mana di negara itu diduga anggota komplotan kriminalnya beroperasi.
Dalam 10 tahun terakhir, ratusan ribu migran mendarat di bibir pantai Italia setelah membayar ribuan dollar kepada para penyelundup dan menempatkan hidup mereka dalam risiko dengan menaiki perahu rakitan.
Tim jaksa penuntut di Italia telah meluncurkan sejumlah investigasi bisnis perdagangan manusia di Mediterania, yang menguntungkan. Sayangnya, cukup sulit melakukan penahanan para pelaku atau hukuman sulit dibuktikan.
Perdagangan manusia adalah proses menjebak orang melalui penggunaan kekerasan atau pemaksaan, penipuan, dan kemudian mengeksploitasi mereka untuk keuntungan finansial pribadi si pelaku. Perdagangan manusia dapat melalui berbagai bentuk, seperti budak seks, pengemis, pengedar narkoba, hingga jual-beli organ tubuh manusia.
Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) melaporkan, 51 persen dari korban perdagangan manusia yang diidentifikasi adalah perempuan, 28 persen anak-anak, dan 21 persen adalah pria. Sementara 72 persen yang dieksploitasi dalam industri seks adalah yang berjenis kelamin perempuan.
Perdagangan manusia juga terkait dengan perbudakan modern dan hampir semua praktik perbudakan modern mengandung beberapa elemen kerja paksa. Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat bahwa pekerja imigran paling rentan menjadi korban. Sebab, mereka terbatas dalam bahasa, sedikit relasi, memiliki hak terbatas, dan bergantung pada majikan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Prostitusi Online Eksploitasi 5 PSK Anak, Polisi Tangkap 5 Muncikari di Jakarta Selatan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.