TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Magdalena Andersson menyatakan Swedia tidak mau membagikan temuan penyelidikan ledakan pipa gas Nord Stream dengan otoritas Rusia atau Gazprom. Presiden Rusia Vladimir Putin memaklumi sikap Swedia namun tetap mencurigai pihak yang mengambil untung dari kebocoran Nord Stream tersebut.
Baca: Diserang Habis-habisan oleh Rusia, Ukraina Minta Bantuan Kelompok G7
Investigasi Swedia ke TKP pipa gas Nord Stream 1 dan 2 dari Rusia ke Eropa telah menemukan bukti ledakan dan jaksa mencurigai adanya sabotase. Pekan lalu Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengirim surat kepada pemerintah Swedia untuk menuntut agar otoritas Rusia dan Gazprom diizinkan terlibat dalam penyelidikan. Pemerintah Swedia membantah mendapatkan pesan itu.
Pada Senin, 10 Oktober 2022, Andersson mengatakan pihaknya bahkan tidak akan berbagi temuan ledakan yang terjadi di zona ekonomi Swedia, dengan pihak berwenang Rusia. "Di Swedia, penyelidikan awal kami bersifat rahasia, dan itu, tentu saja, juga berlaku dalam kasus ini," katanya kepada wartawan.
Namun, Andersson menyebut Swedia tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan kapal Rusia mengunjungi lokasi ledakan, setelah penyelidikan di TKP selesai.
"Zona ekonomi Swedia bukanlah wilayah yang diatur oleh Swedia. Kami telah mencabut penjagaan pada saat ini, dan kemudian juga memungkinkan kapal lain untuk tinggal di daerah itu, begitulah aturannya bekerja," kata Andersson.
Pihak berwenang Swedia dan Denmark telah menyelidiki empat kebocoran setelah jaringan pipa, yang menghubungkan Rusia dan Jerman melalui Laut Baltik dan telah menjadi titik nyala dalam krisis Ukraina, rusak bulan lalu.
Kecurigaan Putin
Mengomentari situasi penyelidikan ini, Presiden Vladimir Putin saat pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada Senin, 10 Oktober 2022, memaklumi penolakan akses bagi Rusia ke penyelidikan Nord Stream. Dia menuding ada yang mengambil untung dari kebocoran pipa ini. Sebelumnya dia menuduh Amerika Serikat dan Inggris sebagai dalang dari peristiwa itu.
Washington telah membantah keras keterlibatan apa pun. Negara-negara Eropa mencurigai sabotase, tetapi menolak untuk mengatakan siapa yang berada di baliknya.
Eropa menghadapi krisis energi setelah invasi Moskow ke Ukraina yang secara drastis memotong pasokan bahan bakar. Melalui pipa Nord Stream Benua Biru mengandalkan Rusia untuk sekitar 40 persen dari gasnya.
Baca: Perang Ukraina, Sergei Lavrov Ingatkan Lagi Rusia Buka Pintu Dialog
REUTERS | RUSSIA TODAY