TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah mahasiswi di Tehran meneriakkan kalimat ‘menghilanglah’ pada Presiden Iran Ebrahim Raisi saat melakukan kunjungan kerja ke Universitas Alzahra di Ibu Kota Tehran pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Mereka juga mengutuk kematian Mahsa Amini, 22 tahun, saat sedang ditahan.
Protes mahasiswi Universitas Alzahra beredar di media sosial. Di Universitas Alzahra, Presiden Raisi memberikan pidato di hadapan professor dan mahasiswa serta mahasiswi di sana. Dia juga membacakan sebuah puisi yang menyamakan para perusuh dengan lalat.
Baca juga: Dubes Iran Lolos dari Upaya Penikaman di Denmark
Seseorang wanita mencukur kepalanya saat protes atas kematian wanita Iran, Mahsa Amini di New York City, New York, AS, 27 September 2022. REUTERS/Stephanie Keith
Gelombang unjuk rasa buntut kematian Amini di Iran sudah memasuki pekan keempat. Hasil otopsi menjelaskan Amini meninggal karena penyakit bawaan, bukan karena penyiksaan.
“Mereka membayangkan dapat mencapai tujuan jahat mereka di universitas-universitas. Tanpa sepengetahuan mereka, mahasiswa dan profesor kami sudah waspada dan tidak akan membiarkan musuh mewujudkan tujuan-tujuan jahat mereka terwujud,” kata Raisi.
Sebuah video di Twitter yang disebar oleh situs 1500tasvir memperlihatkan sekelompok perempuan meneriakkan agar Presiden Raisi dan para ulama menghilang saja. Kalimat itu diteriakan saat Presiden mengunjungi kampus. Video lain memperlihatkan demonstran perempuan meneriakkan kalimat ‘kami tak menerima tamu yang korupsi’, yang merujuk ke Presiden Raisi. Reuters belum bisa mengkonfirmasi rekaman-rekaman video yang beredar tersebut.
Amini adalah seorang perempuan kurdi Iran yang ditahan pada 13 September 2022 di Tehran dan meninggal tiga hari kemudian. Dia ditahan atas tuduhan menggunakan pakaian yang kurang pantas.
Kematian Amini telah memicu gelombang unjuk rasa nasional dan telah menjadi tantangan para pemimpin Iran terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Perempuan-perempuan Iran mencopot jilbab mereka, hal yang bertentangan dengan aturan di Iran. Demonstran menyerukan agar Pemimpin Iran tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengundurkan diri.
Pemerintah Iran menggambarkan rangkaian unjuk rasa di negara itu adalah sebuah plot dari musuh-musuh Iran, di antaranya Amerika Serikat. Gelombang unjuk rasa ini setidaknya menewaskan 20 aparat keamanan. Sedangan kelompok-kelompok HAM menyebut lebih dari 185 orang tewas dan ratusan orang luka-luka serta ribuan orang ditahan karena terlibat dalam unjuk rasa yang berujung ricuh.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran: Hasil Autopsi Tunjukkan Mahsa Amini Tewas Bukan karena Disiksa
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.