TEMPO.CO, Jakarta -Pasukan keamanan Iran dituduh mencuri jasad Nika Shakarami, remaja berusia 16 tahun yang tewas ketika melakukan aksi protes atas kematian Mahsa Amini.
Seperti dilansir Daily Mail Selasa, Shakarami pertama kali dinyatakan hilang setelah turut serta dalam demonstrasi di ibu kota Teheran pada 20 September 2022. Sebelum menghilang, ia memberi tahu temannya bahwa dirinya sedang dikejar oleh pasukan keamanan.
Sepuluh hari kemudian, anggota keluarganya yang berduka menemukan jasadnya di kamar mayat di ibukota Iran. Namun, mereka hanya diizinkan untuk melihat wajahnya sejenak untuk mengidentifikasi dirinya sebelum dibawa pergi, menurut seorang kerabat.
Wartawan Iran Masih Alinejad, yang memposting gambar Shakarami di media sosial setelah berita kematiannya, menduga tengkoraknya hancur karena beberapa pukulan.
Jasadnya akhirnya dikembalikan ke kota asal ayahnya di Khorramabad pada akhir pekan lalu. Namun, sumber yang dekat dengan keluarganya mengatakan kepada BBC Persia bahwa jasad Nika kemudian diculik dan dikirim ke kota terdekat, Veysian.
Cobaan berat yang dialami oleh Nika Shakarami dan keluarganya hanyalah salah satu contoh taktik kejam yang digunakan oleh pasukan keamanan Iran. Hal ini untuk mencegah warga menentang rezim Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei dan pendiri Republik Islam, Ruhollah Khomeini.
Kerusuhan yang meluas dipicu ketika Mahsa Amini, seorang Kurdi Iran berusia 22 tahun, dinyatakan meninggal pada 16 September lalu. Ini setelah Amini koma selama tiga hari usai penangkapannya yang dilakukan polisi moral Iran.
Amini ditangkap karena diduga tidak menaati aturan berhijab secara ketat. Kematiannya memicu kemarahan publik Iran dan protes tanpa henti selama tiga minggu berturut-turut.
Lebih dari 130 demonstran telah dibunuh oleh pasukan keamanan setelah Khamenei, yang mengklaim demonstrasi tersebut hanyalah hasil dari plot asing untuk mengacaukan Iran, mengatakan kepada pasukan keamanannya untuk menindak keras setiap perbedaan pendapat dan menegakkan perintah.
Namun terlepas dari bahaya yang luar biasa, rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah besar siswa perempuan melepas jilbab mereka - sebuah gerakan yang sangat simbolis - dan melakukan protes mereka sendiri.
Satu video menunjukkan siswi merobek foto-foto Khomeini dan melemparkan potongan-potongannya ke udara saat mereka meneriakkan 'kematian bagi diktator' dan slogan 'wanita, hidup, kebebasan'.
Terdapat beberapa video lain juga seperti sejumlah besar siswa berlari ke jalan dan menghalangi lalu lintas saat mereka melambaikan jilbab di atas kepala. Sementara sekolompok gadis yang marah mengusir seorang pejabat keluar dari sekolah sembari menyiramnya dengan air dan melempar dengan botol plastik.
Di tempat lain siswa telah difoto di ruang kelas mereka menunjukkan jari tengah ke gambar Pemimpin Tertinggi dan pendiri Republik Islam sambil memegang jilbab mereka tinggi-tinggi.
Protes atas kematian Mahsa Amini yang melibatkan siswa sejauh ini telah dilaporkan di seluruh Iran; seperti di Teheran, Saqez, Sanandaj dan Karaj, tetapi kemungkinan akan lebih banyak lagi.
Baca juga: Pemimpin Iran Tertinggi Pertama Kali Komentari Kematian Mahsa Amini
DAILYMAIL (NESA AQILA)