TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Militer Ukraina Serhii Cherevatyi mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah mengepung ribuan tentara Rusia di kota Lyman yang ada di timur Ukraina. Dia menyebut operasi di benteng penting pasukan Moskow itu masih berlangsung.
Perebutan kota Lyman akan menjadi kemunduran besar baru bagi rencana Kremlin untuk merebut semua wilayah industri Donbas. Wilayah itu sebelumnya telah digunakan Rusia sebagai pusat logistik dan transportasi untuk operasinya di utara wilayah Donetsk.
"Lyman penting karena ini adalah langkah selanjutnya menuju pembebasan Donbas Ukraina. Ini adalah kesempatan untuk melangkah lebih jauh ke Kreminna dan Sievierodonetsk, dan secara psikologis sangat penting," kata Cherevatyi, dikutip dari Reuters, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Cherevatyi mencatat, pasukan Rusia di Lyman berjumlah sekitar 5.000 hingga 5.500 tentara. Akan tetapi jumlah pasukan yang dikepung mungkin telah jatuh karena korban jiwa dan beberapa tentara berusaha keluar dari pengepungan.
Dia menambahkan pasukan Rusia melakukan upaya yang gagal untuk keluar dari pengepungan. "Ada yang menyerah, banyak yang tewas dan terluka, tapi operasi belum selesai," katanya.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan pasukan Kyiv telah mencapai hasil yang signifikan di timur negara itu. Tanpa memberikan rincian, Zelensky menyebutkan kubu Lyman yang diduduki Rusia.
"Kita harus membebaskan seluruh tanah kita, dan ini akan menjadi bukti terbaik bahwa hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan tidak dapat dilanggar oleh negara teroris mana pun, bahkan negara yang kurang ajar seperti Rusia," kata Zelensky dalam pidato kenegaraan rutin pada Jumat, 30 September 2022.
Tensi perang Ukraina makin meninggi setelah pada pekan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk mendongkrak perang Ukraina dan wacana referendum empat wilayah Ukraina mencuat. Warga Rusia banyak yang protes dan kabur dari tanah airnya karena menolak wajib militer.
Pada Jumat, 30 September 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengesahkan empat wilayah Ukraina untuk menjadi bagian dari negaranya, dalam upacara yang digelar di Kremlin. Wilayah Ukraina yang diduduki Rusia -Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson, menyetujui proposal untuk menjadi bagian dari Rusia. Referendum dilakukan selama empat hari sampai Selasa, 27 September 2022. Total wilayah tersebut sekitar 15 persen dari teritorial Ukraina.
Tak lama setelah pengumuman dan perayaan pencaplokan wilayah Ukraina di Kremlin, Volodymyr Zelensky mengumumkan negaranya telah mengajukan aplikasi jalur cepat untuk bergabung dengan aliansi militer NATO.
"Hanya jalan memperkuat Ukraina dan mengusir penjajah dari seluruh wilayah kita yang dapat memulihkan perdamaian. Kami akan menyelesaikan jalan ini," kata Zelensky.
Secara de facto, Ukraina merupakan sekutu dari blok Barat. Saat ini secara resmi Zelensky mengajukan keanggotaan aliansi itu, yang mana harus diakui oleh seluruh negara-negara pakta pertahanan Atlantik Utara itu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dalam jumpa pers pada Jumat, 20 September 2022, menuduh Putin memprovokasi eskalasi perang paling serius sejak Rusia mulai invasi pada 24 Februari. Kendati demikian, dia mengatakan Putin tidak akan berhasil menghalangi aliansi untuk mendukung Kyiv.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam kesempatan terpisah dalam pidatonya memperingatkan Rusia bahwa Amerika Serikat akan mempertahankan "setiap inci" wilayah NATO.
Baca: Ukraina Gabung NATO, Sekutu Putin: Zelensky Ingin Perang Dunia III Lebih Cepat
REUTERS | PRESIDENT.GOV.UA