TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari dihentikannya pasokan minyak sawit Indonesia oleh Nestle. Alasannya, Nestle menghadapi tekanan dari konsumen dari pemerintah.
Berita kedua top 3 dunia adalah Putin merayakan pencaplokan wilayah Ukraina dengan pesta meriah di Moskow. Berita terakhir yaitu Biden yang mengecam pencaplokan Ukraina oleh Putin. Berikut selengkapnya:
1. Nestle Hentikan Pasokan Minyak Sawit dari Perusahaan Indonesia
Raksasa produsen makanan Nestle akan menghentikan pembelian produk minyak sawit Astra Agro Lestari (AAL) Indonesia, yang dituduh oleh kelompok lingkungan melanggar hak atas tanah dan hak asasi manusia.
Langkah ini dilakukan ketika perusahaan multinasional ini menghadapi tekanan hukum dari konsumen dan pemerintah untuk membersihkan rantai pasokan global mereka dalam memerangi perubahan iklim.
Nestle, pembuat cokelat KitKat dan kopi Nespresso, seperti dikutip Reuters, Jumat, 30 September 2022, mengatakan bahwa setelah penilaian independen baru-baru ini, pihaknya menginstruksikan pemasoknya untuk memastikan minyak sawit dari tiga anak perusahaan AAL tidak lagi memasuki rantai pasokannya.
Mereka tidak merinci klaim terhadap AAL selain mengatakan masalah itu telah ada dalam daftar 'keluhan' selama beberapa bulan.
Grup yang berbasis di Swiss ini berharap tidak akan menggunakan minyak sawit dari anak perusahaan AAL pada akhir tahun.
AAL membantah tuduhan itu.
“Astra Agro sangat serius menerapkan kebijakan keberlanjutan kami. Tidak benar Astra Agro atau anak perusahaannya melakukan perampasan tanah,” kata Santosa, presiden direktur AAL, kepada Reuters.
Komisi Eropa telah mengusulkan beberapa undang-undang yang bertujuan untuk mencegah dan, dalam kasus kerja paksa, melarang impor dan penggunaan produk yang terkait dengan pelanggaran lingkungan dan hak asasi manusia.
Friends of the Earth mengatakan langkah Nestle untuk menghentikan sumber dari AAL adalah "langkah pertama" yang penting dan memperbarui seruannya pada produsen lain seperti Procter & Gamble, Hershey, Kellogg, Unilever dan PepsiCo untuk mengikutinya.
"Nestle dan raksasa produsen lainnya sekarang memiliki peluang monumental untuk memastikan keluhan ditangani, konflik diselesaikan, dan keadilan diberikan kepada masyarakat," kata kelompok lingkungan itu dalam sebuah pernyataan.
2. Putin Rayakan Pencaplokan Ukraina, Zelensky Ambil Jalur Cepat Masuk NATO
Presiden Vladimir Putin merayakan pencaplokan wilayah Ukraina dengan pesta meriah di Moskow, Jumat malam, 30 September 2022, dan kembali berjanji Rusia akan menang dalam "operasi militer khusus" di negara tetangganya itu.
Dengan memegang tangan pejabat wilayah Ukraina yang dikuasai, Putin pun dengan lantang meneriakkan "Rusia! Rusia!".
Namun di medan tempur, Rusia terus mengalami kemunduran setidaknya dalam dua pekan terakhir.
Proklamasi aneksasi Rusia atas 15% wilayah Ukraina - pencaplokan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua - ditolak mentah-mentah oleh Ukraina dan negara-negara Barat, yang menilainya sebagai tindakan ilegal. Amerika Serikat, Inggris dan Kanada pun mengumumkan sanksi baru.
Presiden Ukraina Volodymr Zelensky mengatakan negaranya telah mengajukan aplikasi jalur cepat untuk bergabung dengan aliansi militer NATO dan bahwa dia tidak akan mengadakan pembicaraan damai dengan Rusia selama Putin masih menjadi presiden.
Proklamasi Putin bertepatan dengan pasukan Rusia di salah satu dari empat wilayah yang dianeksasi menghadapi pengepungan oleh pasukan Ukraina, menunjukkan betapa lemahnya cengkeraman Rusia di beberapa wilayah yang diklaimnya.
Putin mengatakan Amerika Serikat telah menetapkan preseden ketika menjatuhkan bom atom di Jepang pada tahun 1945, sementara berhenti mengeluarkan peringatan nuklir baru terhadap Ukraina sendiri, sesuatu yang telah dia lakukan lebih dari sekali dalam beberapa pekan terakhir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat belum melihat Rusia mengambil tindakan apa pun yang menunjukkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir, terlepas dari apa yang disebutnya "pembicaraan longgar" Putin.
Baca di sini selengkapnya.
3. Joe Biden: Caplok Ukraina, Tanda Putin dalam Posisi Sulit
Presiden Joe Biden menyebut pencaplokan sebagian Ukraina oleh Vladimir Putin merupakan tanda bahwa Presiden Rusia itu sedang dalam posisi sulit. Namun dia menegaskan, Amerika Serikat dan sekutu tidak akan terintimidasi oleh Putin.
Pasukan Rusia di salah satu dari empat wilayah yang dianeksasi menghadapi pengepungan oleh pasukan Ukraina, menunjukkan betapa lemahnya cengkeraman Rusia di beberapa wilayah yang diklaimnya.
Di wilayah Donetsk timur, garnisun Rusia di kota Lyman berada dalam masalah serius dengan laporan dari kedua belah pihak yang mengatakan pasukan Rusia hampir terkepung.
Ukraina mengatakan memiliki semua rute pasokan ke benteng Rusia di garis bidik artileri di timur, dan mengatakan kepada Moskow bahwa mereka harus mengajukan permohonan ke Kyiv jika ingin pasukannya diizinkan keluar.
Dalam kesempatan terpisah, Biden mengutuk upaya Rusia mencaplok wilayah Ukraina. Menurutnya, Rusia melanggar hukum internasional, menginjak-injak Piagam PBB, dan menunjukkan penghinaannya terhadap negara-negara damai di seluruh dunia.
"Jangan salah, tindakan ini tidak memiliki legitimasi. Amerika Serikat akan selalu menghormati perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional," kata Biden dalam pernyataan Jumat, 30 September 2022, dikutip dari situs Gedung Putih.
Amerika Serikat, menurut Biden, akan terus mendukung upaya Ukraina untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayahnya baik secara militer atau diplomatik. Minggu ini, Gedung Putih akan mengirim bantuan keamanan senilai US$ 1,1 miliar atau Rp 16 triliun.
Presiden Putin merayakan pencaplokan wilayah Ukraina dengan pesta meriah di Moskow, Jumat malam, 30 September 2022, dan kembali berjanji Rusia akan menang dalam "operasi militer khusus" di negara tetangganya itu.
Dengan memegang tangan pejabat wilayah Ukraina yang dikuasai, Putin pun dengan lantang meneriakkan "Rusia! Rusia!".
Wilayah Ukraina yang diduduki Rusia -Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson, menyetujui proposal untuk menjadi bagian dari Rusia. Referendum dilakukan selama empat hari sampai Selasa, 27 September 2022. Total wilayah tersebut sekitar 15 persen dari teritorial Ukraina.
Baca: Top 3 Dunia: Pengakuan Putin, Sultan Sulu Versus Malaysia, dan Krisis Energi Jerman
Selengkapnya baca di sini.
REUTERS