TEMPO.CO, Jakarta - Protes atas kematian wanita muda Iran, Mahsa Amini, masih terus berkecamuk. Media pemerintah dan jejak digital di media sosial menunjukkan polisi anti-huru-hara dan pasukan keamanan Iran bentrok dengan demonstran di puluhan kota pada Selasa, 27 September 2022.
Amini yang berasal dari kota Kurdi barat laut Saqez, ditangkap pada 13 September di Teheran oleh polisi moral Iran yang menegakkan aturan berpakaian Republik Islam karena diduga menggunakan "pakaian yang tidak sesuai." Perempuan berusia 22 tahun itu ditahan di sel kepolisian. Dia meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit setelah mengalami koma.
Jumlah korban tewas dalam demo terus bertambah karena pasukan keamanan menggunakan tindakan represif dengan gas air mata, tongkat, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam. Video yang diposting di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa menyerukan pembubaran lembaga ulama saat bentrok dengan pasukan keamanan di Teheran, Tabriz, Karaj, Qom, Yazd dan banyak kota Iran lainnya.
Kelompok HAM Amnesty International menyatakan di Twitter bahwa pasukan keamanan Iran telah menanggapi protes dengan kekuatan yang melanggar hukum, termasuk dengan menggunakan peluru tajam dan peluru logam lainnya. Tindakan itu menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.
Media pemerintah mencap para pengunjuk rasa "munafik, perusuh, preman dan penghasut". Sementara televisi pemerintah mengatakan polisi bentrok dengan "perusuh" di beberapa kota.
Para pengunjuk rasa, yang mayoritas perempuan meneriakkan hak bagi kaum perempuan. Banyak dari mereka yang memprotes dengan melambaikan hingga membakar kerudung mereka.
Jalanan jadi medan perang
Video di Twitter menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan "Matilah diktator", mengacu pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Di kota-kota Kurdi Sanandaj dan Sardasht, polisi menembaki pengunjuk rasa.
"Saya akan membunuh mereka yang membunuh saudara perempuan saya," teriak pengunjuk rasa di salah satu video dari Teheran, sementara akun Twitter aktivis 1500tasvir mengatakan: "Jalanan telah menjadi medan perang".
Video lebih lanjut di media sosial menunjukkan protes tengah berlangsung di puluhan kota setelah malam tiba pada Selasa. Sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan protes di kota Chabahar di Iran tenggara yang bergolak, dengan para demonstran membakar kantor-kantor pemerintah ketika suara tembakan terdengar.
"Para gagak marah atas kematian Mahsa Amini dan tuduhan bahwa seorang polisi telah memperkosa seorang gadis remaja dari etnis minoritas Baluch," kata sebuah suara dalam video.
Media pemerintah juga melaporkan penangkapan aktivis hak-hak perempuan Faezeh Hashemi Rafsanjani, putri mantan presiden Iran dan pendiri Republik Islam, karena "menghasut kerusuhan" di Teheran.
Untuk mempersulit pengunjuk rasa memposting video di media sosial, pihak berwenang telah membatasi akses internet di beberapa provinsi, menurut observatorium pemblokiran Internet NetBlocks di Twitter.
Para pejabat mengatakan 41 orang, termasuk anggota polisi dan milisi pro-pemerintah, tewas selama protes. Tetapi kelompok hak asasi manusia Iran melaporkan jumlah korban yang lebih tinggi.
Kelompok hak asasi manusia Iran Hengaw mengatakan 18 orang telah tewas, 898 terluka dan lebih dari 1.000 pengunjuk rasa Kurdi ditangkap dalam 10 hari terakhir. Kendati demikian diperkirakan bahwa angka sebenarnya lebih tinggi.
REUTERS