TEMPO.CO, Jakarta - Rusia mengklaim hasil referendum di empat wilayah Ukraina yang mereka duduki, dimenangkan pendukung pro-Moskow, di tengah upaya Amerika Serikat mengusulkan resolusi PBB untuk mengutuk pengumpulan pendapat masyarakat itu.
Referendum yang dilaksanakan dengan tergesa-gesa berlangsung selama lima hari di Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson yang bersama-sama membentuk sekitar 15% wilayah Ukraina.
Penghitungan suara dari hasil parsial pada hari Selasa berkisar antara 87% hingga 98,5% mendukung bergabung dengan Rusia, menurut pejabat yang ditunjuk Rusia dan media Rusia. Ketua majelis tinggi parlemen Rusia mengatakan majelis mungkin mempertimbangkan penggabungan empat wilayah ke Rusia pada 4 Oktober.
Di dalam wilayah pendudukan, pejabat yang ditempatkan Rusia mengambil suara dari rumah ke rumah dalam apa yang dikatakan Ukraina dan Barat sebagai pemaksaan untuk menciptakan dalih hukum bagi Rusia mencaplok empat wilayah itu.
"Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut tiruan dari referendum," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato video malamnya pada hari Selasa, 27 September 2022.
Amerika Serikat mengumumkan akan memperkenalkan resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan negara-negara anggota untuk tidak mengakui perubahan apa pun di Ukraina dan juga mewajibkan Rusia menarik pasukannya, kata utusan Linda Thomas-Greenfield.
"Referensi palsu Rusia, jika diterima, akan membuka kotak pandora yang tidak bisa kita tutup," katanya pada pertemuan dewan.
Rusia memiliki hak memveto resolusi di Dewan Keamanan, tetapi Thomas-Greenfield mengatakan itu akan mendorong Washington untuk membawa masalah tersebut ke Majelis Umum PBB.
"Setiap referendum yang diadakan di bawah kondisi ini, di bahwa todongan laras senjata, tidak akan pernah bisa mendekati bebas atau adil," kata Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB James Kariuki.
Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vassily Nebenzia, tidak secara langsung membahas resolusi tersebut tetapi mengatakan pada pertemuan itu bahwa referendum dilakukan secara transparan dan menjunjung tinggi norma-norma pemilihan.
"Proses ini akan berlanjut jika Kyiv tidak menyadari kesalahannya dan kesalahan strategisnya dan tidak mulai dipandu oleh kepentingan rakyatnya sendiri dan tidak secara membabi buta melaksanakan kehendak orang-orang yang memainkannya," katanya.
Jika Rusia mencaplok empat wilayah Ukraina, Presiden Vladimir Putin kemudian dapat menggambarkan setiap upaya Ukraina untuk merebutnya kembali sebagai serangan terhadap Rusia sendiri.
Dia pekan lalu mengatakan akan melakukan semua upaya termasuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan "integritas teritorial" Rusia, dan sekutu Putin Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengeluarkan peringatan nuklir baru pada hari Selasa ke Ukraina dan Barat.
Tetapi Mykhailo Podolyak, seorang penasihat Zelensky, mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv tidak akan terpengaruh oleh ancaman nuklir atau oleh suara aneksasi, dan akan melanjutkan rencana untuk merebut kembali semua wilayah yang diduduki oleh pasukan invasi Rusia.
Para diplomat mengatakan serangan senjata nuklir adalah upaya Moskow untuk menakut-nakuti Barat agar mengurangi dukungannya untuk Kyiv.
Untuk pertama kalinya Medvedev meramalkan bahwa aliansi militer NATO tidak akan secara langsung memasuki perang Ukraina bahkan jika Moskow menyerang Ukraina dengan senjata nuklir.
Putin mengatakan di TV pemerintah bahwa pemungutan suara dirancang untuk melindungi orang dari apa yang disebutnya penganiayaan terhadap etnis Rusia dan penutur bahasa Rusia oleh Ukraina, sesuatu yang dibantah oleh Kyiv.
Reuters