TEMPO.CO, Jakarta - Jepang pada Selasa 27 September 2022 akan menggelar pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang tewas dibunuh.
Seperti dilansir Reuters, pada Selasa pagi, ratusan warga Jepang antre di jalan-jalan di luar Nippon Budokan Hall, lokasi pemakaman Abe, menunggu untuk memberikan bunga di tempat yang ditentukan.
Sekitar 4.300 orang diperkirakan akan menghadiri upacara hari ini, termasuk 48 tokoh pemerintah dunia saat ini atau sebelumnya. Para pemimpin dunia yang hadir termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Satu-satunya pemimpin Kelompok Tujuh, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, batal hadir karena menghadapi bencana alam di dalam negeri. Upacara dimulai pukul 14.00 waktu setempat, dengan abu Abe dibawa ke venue, dan seorang penjaga kehormatan akan menembakkan 19 peluru dari meriam.
Pemakaman kenegaraan Abe merupakan peristiwa pertama sejak 1967 setelah pemakaman Perdana Menteri Shigeru Yoshida. Namun, sejumlah warga menentang pemakaman kenegaraan ini karena biayanya terlalu mahal di saat Jepang dihantam krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 dan imbas invasi Rusia ke Ukraina.
Pemakaman kenegaraan Abe diprediksi menelan biaya US$11,5 juta atau sekitar Rp174,81 miliar. "Saya kira pemakaman ini tidak perlu diadakan," kata Hidemi Noto, asisten sutradara berusia 38 tahun yang mampir ke lokasi di Nippon Budokan Hall pada Senin untuk menyaksikan persiapan.
"Ini memiliki arti yang sama sekali berbeda dengan pemakaman orang biasa. Saya tidak berpikir kita harus menggunakan uang pajak untuk ini."
Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjelaskan keputusan itu sebagai cara untuk menghormati pencapaian Abe, serta membela demokrasi. Namun, warga Jepang terbelah, dengan jajak pendapat secara konsisten menunjukkan lebih dari setengahnya menentang pemakaman kenegaraan itu.
Puluhan ribu polisi akan dikerahkan, jalan-jalan terdekat lokasi pemakaman akan ditutup dan bahkan beberapa sekolah ditutup. Hal ini karena Jepang berusaha menghindari kesalahan keamanan yang menyebabkan penembakan Abe dengan senjata rakitan oleh seorang tersangka yang, kata polisi, menuduh Gereja Unifikasi memiskinkan keluarganya.
Pembunuhan Shinzo Abe pada rapat umum kampanye 8 Juli lalu memicu pengungkapan hubungan antara anggota parlemen di Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa yang pernah dia pimpin, dengan Gereja Unifikasi, yang oleh para kritikus disebut aliran sesat.
Baca juga: Jelang Pemakaman Kenegaraan Shinzo Abe, Jepang Terapkan Keamanan Maksimum
REUTERS
