TEMPO.CO, JAKARTA--Unjuk rasa yang diselenggarakan kelompok pro-pemerintah berlangsung di beberapa kota Iran pada Jumat. Aksi yang digelar setelah salat Jumat itu untuk melawan narasi demonstran anti-pemerintah yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, perempuan muda dalam tahanan polisi moral karena tidak mengenakan jilbab.
Massa mengutuk pengunjuk rasa anti-pemerintah Iran sebagai "tentara Israel", liputan televisi pemerintah menunjukkan. "Pelanggar Alquran harus dieksekusi," teriak mereka seperti dilansir Reuters Sabtu 24 September 2022.
Akun Twitter 1500tasvir, yang memiliki 117.000 pengikut, melaporkan bentrokan hebat di pusat kota Isfahan antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan pasukan keamanan. Akun itu juga menunjukkan protes jalanan anti-pemerintah di beberapa bagian ibu kota dan di Shahin Shahr di Iran tengah.
Televisi pemerintah mengatakan 35 orang telah tewas dalam kerusuhan sejauh ini berdasarkan hitungannya sendiri dan angka resmi akan diumumkan.
Pawai pro-pemerintah mengikuti ancaman militer Iran yang menegaskan akan menghadapi "musuh" di balik kerusuhan. Sebuah langkah yang bisa menandakan jenis tindakan keras yang telah menghancurkan protes di masa lalu. "Tindakan putus asa ini adalah bagian dari strategi jahat musuh untuk melemahkan rezim Islam,” demikian pernyataan militer.
Banyak orang Iran marah atas kasus Mahsa Amini, 22 tahun, yang meninggal pekan lalu setelah ditangkap oleh polisi moral karena mengenakan "pakaian yang tidak pantas". Polisi moralitas, yang melekat pada penegakan hukum Iran, ditugaskan untuk memastikan penghormatan moral Islam seperti yang dijelaskan oleh otoritas ulama negara itu.
Orang-orang menyalakan api selama protes atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" republik Islam itu, di Teheran, Iran, 21 September 2022. Demo ini pecah di sejumlah kota besar di Iran sejak kematian Mahsa Amini. WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS
Kematian Amini telah menyalakan kembali kemarahan atas berbagai masalah termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, dan ekonomi yang terguncang akibat sanksi Amerika Serikat.
Protes anti-pemerintah diperkirakan tidak akan menimbulkan ancaman langsung bagi ulama penguasa Iran, yang memiliki pasukan keamanan yang telah memadamkan satu demi satu protes dalam beberapa tahun terakhir, kata para analis.