TEMPO.CO, Teheran -Iran sedang dilanda aksi demonstrasi besar-besaran yang tersebar di 50 kota besar dan kecil, termasuk di ibu kota Teheran terkait kekerasan aparat terhadap perempuan muda bernama Mahsa Amini.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini. Sebelum tewas, dia ditahan karena diduga melanggar aturan hijab yang ketat.
Dalam sebuah rekaman video yang diunggah akun Twitter 1500tasvir, pengunjuk rasa di bagian timur laut meneriakkan kalimat 'Kami akan mati, kami akan mati tetapi kami akan mendapatkan Iran kembali'. Mereka berunjuk rasa di dekat kantor polisi yang dibakar. Kantor polisi lain dibakar di Teheran saat kerusuhan menyebar dari Kurdistan, provinsi asal Amini.
Kelompok hak asasi Kurdi Hengaw melaporkan, kerusuhan tersebut telah merenggut 17 korban tewas per Kamis, 22 September 2022. Tiga orang tewas pada Rabu lalu, menambah tujuh orang yang menurut kelompok itu dibunuh oleh pasukan keamanan. Namun, para pejabat membantah bahwa pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa.
Siapa Mahsa Amini
Mahsa Amini diketahui merupakan seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun. Da berasal dari kota barat laut, Saghez, Provinsi Kurdistan. Melansir IranWire, anak kedua dari tiga bersaudara ini digambarkan oleh keluarganya sebagai gadis manis yang senang melancong, serta menggemari musik dan seni etnis Kurdi. Amini juga disebut sebagai seorang perempuan progresif yang suka membaca.
Sebelum meninggal dunia, Amini bercita-cita untuk hidup mandiri jauh dari hiruk-pikuk. Namun, harapan itu sirna saat dia harus tewas mengenaskan di tangan otoritas Iran. “Mahsa Amini selalu tersenyum, penuh antusiasme dan energi. Dia sangat baik dan polos, bahkan tidak ada salah satu pun dari orang sekelilingnya yang memiliki kenangan sedih tentang dia,” kata sepupu Amini, Erfan Mortezaei.
Dilansir dari Reuters, pada Selasa, 13 September 2022, Amini bersama keluarganya melakukan perjalanan dari Kurdistan ke Teheran untuk mengunjungi kerabat. Di tengah perjalanan, patroli polisi moral menahannya lantaran mengenakan jilbab dengan cara tidak pantas. Media pemerintah setempat melaporkan, dia mengalami koma selama ditahan.
Pada Jumat, 16 September 2022, pihak berwenang mengumumkan bahwa Mahsa Amini meninggal dunia. Aktivis dan pengunjuk rasa mengatakan Amini dipukuli oleh petugas polisi saat ditahan. Perlakuan itu ditengarai menyebabkan luka serius yang menyebabkan kematiannya. Peristiwa inilah yang kemudian menyulut kemarahan warga Iran hingga melancarkan aksi demonstrasi besar-besaran yang berlangsung enam malam berturut-turut.
HARIS SETYAWAN
Baca : Aksi Protes Wanita-wanita di Sejumlah Negara Atas Kematian Wanita Iran, Mahsa Amini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.