Kepala WFP David Beasley mengungkap sekitar 50 juta orang di berbagai belahan dunia berada diambang kelaparan. Jumlah yang lebih besar lainnya menghadapi bentuk lain kerawanan pangan.
Pernyataan Beasley itu merupakan peringatan bakal terjadi kekacauan dan kerusuhan jika negara-negara di dunia gagal menyelesaikan kekurangan masalah bahan bakar, gandum, pupuk dan bahan kebutuhan pokok lainnya.
Fatima Ibrahim Hadi, 12, yang kekurangan gizi dan beratnya hanya 10kg, duduk di tempat tidur di sebuah klinik di Aslam, di provinsi barat laut Hajjah, Yaman, 17 Februari 2019. PBB mencatat, sekitar 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dua pertiga distrik di negara tersebut terancam kelaparan. REUTERS/Khaled Abdullah
Dalam wawancara dengan AP pada Kamis, 22 September 2022, Beasley mendesak negara-negara pendonor dan para dermawan agar mengambil langkah pencegahan akan bencana kelaparan di tengah kekurangan bahan makanan. Sebab jika tidak, bakal ada kekacauan diseluruh dunia.
“Sebanyak 50 juta orang di 45 negara diambang pintu kelaparan. Jika kita tidak menolong orang-orang ini, Anda akan melihat paceklik, kelaparan dan ketidak-stabilan disejumlah negara seperti yang pernah kita lihat pada 2007 – 2008 dan 2011. Anda juga akan melihat migrasi besar-besaran,” kata Beasley.
Data WFP memperlihatkan ada sekitar 80 juta orang menghadapi beberapa level kerawanan pangan saat Beasley menjabat sebagai Kepala WFP pada 2017. Angka itu menggembung menjadi 345 juta orang. Kenaikan level kerawanan pangan ini dipicu serangkaian penyebab, di antaranya kegagalan ekonomi akibat pandemi Covid-19, kebijakan lockdown, masalah rantai suplai yang signifikan buntut dari perang Ukraina dan sanksi-sanksi dari negara-negara Barat.
Pengiriman gandum dari Ukraina dan Rusia telah menurun tajam di tangah perang Ukraina. Pasalnya, pupuk harus diimpor dari Rusia. Negeri Beruang Merah adalah eksportir pupuk terbesar di dunia setelah Cina.
Sanksi ekonomi dan embargo pada produk-produk asal Rusia telah memperburuk masalah, kendati sejumlah negara seperti Amerika Serikat, telah membuat pengecualian demi mengatasi masalah kekurangan bahan makanan.
Beasley menjelaskan dunia bisa memproduksi cukup makanan bagi sekitar 7,7 miliar populasi dunia, namun hal ini hanya bisa dicapai jika para petani menggunakan pupuk yang cukup. Saat ini, para petani terseok-seok dalam mendapatkan pupuk.
Sumber: RT.com
Baca juga: PBB Ingatkan Bencana Kelaparan di Somalia Ada di Depan Mata
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.