TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta masyarakat Rusia agar memprotes keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang ingin mobilisasi tentara parsial demi mendongkrak invasinya ke Ukraina. Zelensky menilai, langkah Putin itu menandakan tentara reguler Rusia sudah goyah.
Menurut Zelensky, masyarakat Rusia sengaja dikirim ke medan tempur untuk mati. Ketika Putin mempersiapkan pasukannya untuk operasi militernya, pemimpin Ukraina itu menyarankan mayarakat Rusia agar segera membuat pilihan.
"Untuk laki-laki di Rusia, ini adalah pilihan mati atau hidup, menjadi cacat atau menjaga kesehatan. Bagi perempuan di Rusia, pilihannya adalah kehilangan suami, putra, cucu selamanya, atau tetap berusaha melindungi mereka dari kematian, dari perang, dari satu orang," kata Zelensky di pidato kenegaraan rutin, Kamis, 22 September 2022.
Tentara dari Republik Chechnya terlihat di tengah pertempuran konflik Ukraina-Rusia di kota Mariupol, Ukraina, 15 April 2022. Pasukan di bawah pimpinan kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov ini menjadi musuh bebuyutan Batalion Azov Ukraina yang disebut sebagai Neo-Nazi. REUTERS/Chingis Kondarov
Menurut Zelensky, ada 55 ribu tentara Rusia tewas dan puluhan ribu orang luka-luka selama 6 bulan perang dengan Ukraina. Sebelumnya Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pidato televisi Rabu, 21 September 2022, mengklaim selama enam bulan perang dengan Ukraina, adad 5.397 tentara Rusia yang gugur.
Sebelumnya pada Rabu, 21 September 2022, Presiden Putin memerintahkan mobilisasi militer untuk menghadapi perang Ukraina. Putin memperingatkan negara-negara Barat kalau dia tidak hanya menggertak dan siap menggunakan senjata nuklir demi membela Rusia.
"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami tanpa ragu akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami - ini bukan gertakan," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi Rusia.
Itu akan menjadi mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia II yang dilakukan Presiden Putin. Melalui pidato televisi pagi hari, Putin menyatakan tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang, yang tidak hanya melawan Ukraina tetapi juga para pendukung Baratnya.
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Rabu 21 September 2022 mengumumkan Rusia tengah menargetkan 300 ribu pasukan cadangan untuk mendukung kampanye militernya di Ukraina.
Tidak lama setelah pidato Putin, protes anti-mobilisasi militer pecah di Rusia pada Rabu, 21 September 2022. Kelompok HAM mengkonfirmasi 1.300 orang ditangkap saat demo menolak kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendongkrak invasi ke Ukraina.
Menurut informasi yang dikumpulkan kelompok pemantau protes OVD-Info, setidaknya 1.311 orang ditahan hingga Rabu larut malam. Angka itu merupakan kalkulasi dari 38 kota di Rusia. Jumlah warga sipil yang ditangkap itu termasuk setidaknya 502 di Moskow, 524 di St Petersburg, kota terpadat kedua di Rusia.
Pejabat di Kementerian Dalam Negeri Rusia Irina Volk mengatakan aksi anti-mobilisasi itu ilegal. "Ini semua dihentikan. Dan orang-orang yang melanggar hukum ditahan dan dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan," kata Volk, dikutip dari Reuters, Kamis, 22 September 2022.
NEWSWEEK | REUTERS
Baca juga: Kementerian Luar Negeri Waswas dengan Perkembangan Perang Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.