TEMPO.CO, Jakarta -Pidato kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin yang direncanakan akan digelar pada Selasa malam, 20 September 2022, telah ditunda. Orasi yang hendak disampaikan pada warga Rusia tersebut merupakan yang pertama sejak dimulainya invasi ke Ukraina pada Februari lalu.
Ada spekulasi bahwa Putin akan mengumumkan langkah-langkah lebih lanjut untuk menopang strategi militernya yang goyah di Ukraina, termasuk kemungkinan wajib militer bagi warga negara Rusia.
The Independent, mengutip sebuah laporan, mewartakan, seorang mantan penasihat Presiden Putin telah mengkonfirmasi di Telegram bahwa pidato akan diundur pada Rabu, 21 September 2022. Awalnya penundaan pidato Selasa malam hanya diharapkan dua jam.
Pasukan Rusia menyerbu Ukraina sejak 24 Februari 2022. Titik-titik pertempuran bergeser sesuai dengan strategi militer kedua negara. Setelah gagal menggapai Kyiv di awal invasi, Rusia memfokuskan serangan di Donbas, wilayah timur Ukraina.
Belakangan Ukraina melancarkan serangan balasan di wilayah timur dan selatan. Ukraina mengklaim pasukannya telah menembus lebih jauh ke timur, wilayah yang baru-baru ini ditinggalkan oleh Rusia. Manuver militer ini membuka jalan bagi kemungkinan serangan terhadap pasukan pendudukan Moskow di wilayah Donbas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam pidato Senin, 19 September 2022, bahwa pihak Rusia tengah panik. Ia menambahkan, Kyiv sekarang akan fokus pada kecepatan di daerah-daerah yang dibebaskan.
Pemimpin Ukraina itu mengisyaratkan dia akan menggunakan pidato video ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu, 21 September 2022, untuk meminta negara-negara mempercepat pengiriman senjata dan bantuan.
"Kami melakukan segalanya untuk memastikan kebutuhan Ukraina terpenuhi di semua tingkatan - pertahanan, keuangan, ekonomi, diplomatik," kata Zelensky.
Sementara itu, empat wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina semuanya telah mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan referendum akhir pekan ini untuk secara resmi menjadi bagian dari Rusia.
Pada Selasa, 20 September 2022, separatis yang didirikan Rusia di wilayah Donetsk Ukraina, Luhansk dan bagian-bagian provinsi Kherson dan Zaporizhzhia semuanya menyerukan untuk pemungutan suara kilat untuk secara resmi meninggalkan Ukraina dan sebagai gantinya dikendalikan oleh Moskow. Langkah politik itu dilakukan ketika Rusia telah kehilangan wilayah yang diperolehnya pada awal perang dalam beberapa minggu terakhir.
Baca juga: Putin Sebut Ingin Segera Akhiri Perang Rusia Ukraina
THE INDEPENDENT | REUTERS