TEMPO.CO, Jakarta - Dua wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina timur mengumumkan rencana mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia akhir pekan ini.
Republik Rakyat Luhansk (LPR) dan Republik Rakyat Donetsk (DPR), yang didukung Rusia dan memproklamirkan diri sendiri, mengatakan referendum akan diadakan dari 23-27 September 2022.
Langkah itu, yang secara serius meningkatkan kebuntuan Moskow dengan Barat, terjadi setelah Rusia mengalami kemunduran di medan perang timur laut Ukraina dan ketika Presiden Vladimir Putin merenungkan langkah selanjutnya dalam konflik hampir tujuh bulan yang telah menyebabkan keretakan Timur-Barat paling serius sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Dalam sebuah postingan di media sosial yang ditujukan kepada Putin, Ketua DPR Denis Pushilin menulis, "Saya meminta Anda, sesegera mungkin, jika ada keputusan positif dalam referendum - yang kami tidak ragukan - untuk mempertimbangkan DPR menjadi bagian dari Rusia."
Sebelumnya pada Selasa, pejabat Rusia di wilayah Kherson selatan, di mana pasukan Moskow menguasai sekitar 95% wilayah, mengatakan mereka juga telah memutuskan untuk mengadakan referendum. Pihak berwenang pro-Rusia di sebagian wilayah Zaporizhia Ukraina diperkirakan akan mengikutinya.
Ukraina dan Amerika Serikat mengatakan referendum semacam itu akan menjadi penipuan ilegal dan telah menjelaskan bahwa mereka dan banyak negara lain tidak akan mengakui hasilnya.
Dmitry Medvedev, mantan presiden yang saat ini menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan hasil pemungutan suara seperti itu tidak dapat diubah dan memberi Moskow - yang memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia - wewenang penuh untuk mempertahankannya
"Perambahan ke wilayah Rusia adalah kejahatan yang memungkinkan Anda untuk menggunakan semua kekuatan pertahanan diri," kata Medvedev dalam sebuah posting di Telegram. "Inilah mengapa referendum ini sangat ditakuti di Kyiv dan Barat."
Tidak ada pemimpin Rusia masa depan yang dapat secara konstitusional membalikkan hasil referendum ini, katanya.
Vyacheslav Volodin, kepala Duma Negara Rusia, mengatakan bahwa majelis rendah parlemen itu akan mendukung dua wilayah bergabung dengan Rusia jika mereka memilih untuk melakukannya.
Washington dan Barat sejauh ini berhati-hati untuk tidak memasok Ukraina dengan senjata yang dapat digunakan menembaki wilayah Rusia, dan interpretasi Medvedev tentang apa arti pencaplokan de facto secara hukum dari sudut pandang Moskow tampak seperti peringatan masa depan bagi Barat.
Ukraina Berusaha Kuasai Lagi Luhansk
Tidak jelas bagaimana referendum akan diadakan mengingat pasukan yang didukung Rusia dan Rusia hanya menguasai sekitar 60% wilayah Donetsk, sementara pasukan Ukraina berusaha merebut kembali Luhansk.
Pejabat pro-Rusia sebelumnya mengatakan referendum dapat diadakan secara elektronik.
Langkah itu akan dilakukan delapan tahun setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina.
Referendum diumumkan setelah Ukraina mengatakan pasukannya telah merebut kembali desa Bilohorivka di wilayah Luhansk dan bersiap untuk menguasai semua provinsi yang sampai sekarang telah sepenuhnya diduduki oleh pasukan Rusia.
Rekaman yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan pasukan Ukraina di desa 10 km barat kota Lysychansk, yang jatuh ke tangan Rusia setelah berminggu-minggu pertempuran pada bulan Juli.
"Akan ada pertempuran untuk setiap sentimeter," tulis Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai di Telegram. "Musuh sedang mempersiapkan pertahanan mereka. Jadi kita tidak akan begitu saja masuk."
Rusia menyebut mengambil kendali penuh atas Luhansk dan provinsi tetangga Donetsk sebagai tujuan utama dari apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina, menuduh bahwa penutur bahasa Rusia di sana dianiaya dan bahkan ditembaki oleh pasukan pemerintah Ukraina, sesuatu yang dibantah Kyiv.
Pasukan Ukraina mulai menyerbu ke Luhansk setelah mengusir pasukan Rusia keluar dari provinsi Kharkiv timur laut dalam serangan balasan kilat bulan ini.
"Para penjajah jelas panik," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin malam, menambahkan bahwa dia sekarang fokus pada "kecepatan" di daerah-daerah yang dikuasai Rusia.
"Kecepatan pasukan kami bergerak. Kecepatan dalam memulihkan kehidupan normal," kata Zelensky.
Pemimpin Ukraina itu juga mengisyaratkan dia akan menggunakan pidato video ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Rabu untuk meminta negara-negara mempercepat pengiriman senjata dan bantuan.
Reuters