TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia mengakhiri konflik di Ukraina sesegera mungkin. Hal itu diungkapkan Erdogan kepada PBS dalam sebuah wawancara pada hari Senin, 19 September 2022.
Ditanya oleh seorang reporter PBS seberapa cepat dia melihat konflik berakhir, pemimpin Turki itu mengatakan yang paling penting, sikap Rusia akan sangat penting.
"Di Uzbekistan, saya bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, dan kami melakukan diskusi yang sangat luas dengannya," kata Erdogan dalam wawancara tersebut. Menurut dia, Putin menunjukkan kepadanya bahwa dia bersedia mengakhiri perang dengan Ukraina sesegera mungkin.
"Cara yang berlangsung saat ini cukup bermasalah," kata presiden Turki itu seperti dikutip PBS. "Saya pikir langkah signifikan akan diambil ke depan." "Semua ingin melihat bahwa pertempuran ini berakhir dengan damai," ujarnya dilansir dari TASS.
Putin dan Erdogan bertemu di sela-sela Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan Jumat lalu. Putin mengatakan bahwa Erdogan tidak menyarankan untuk mengadakan negosiasi dengan pemimpin Ukraina Vladimir Zelensky. Presiden Turki memberikan kontribusi serius untuk upaya normalisasi, termasuk langkah-langkah menyelesaikan krisis pangan.
Pada 24 Februari, Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para kepala republik Donbass, dia telah membuat keputusan melakukan operasi militer khusus. Setelah invasi tersebut, Rusia dijatuhi sanksi besar-besaran dari AS, Uni Eropa, Inggris, dan sejumlah negara lain.
Selain kepada Erdogan, Putin menyatakan hal serupa kepada Perdana Menteri India, Narendra Modi. Putin mengatakan ingin segera mengakhiri perang Rusia Ukraina, namun Kyiv telah menolak bernegosiasi dan bertekad mencapai tujuannya sendiri di medan perang.
“Saya tahu posisi Anda dalam konflik di Ukraina, kekhawatiran Anda yang terus-menerus diungkapkan,” kata Putin kepada Modi di sela-sela pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan.
“Kami akan melakukan segalanya untuk menghentikan ini sesegera mungkin. Sayangnya, pihak lawan, pimpinan Ukraina, mengumumkan penolakannya terhadap proses negosiasi dan menyatakan ingin mencapai tujuannya dengan cara militer.”
Baca: Kremlin Bantah Isu Vladimir Putin Jadi Target Pembunuhan
TASS | AL JAZEERA