TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Jumat, 16 September 2022, menuduh Rusia telah melakukan kejahatan perang di wilayah timur laut Ukraina. Masih terlalu dini untuk menyebut perang telah berubah meskipun dia mengklaim tentara Ukraina bisa merebut sejumlah teritoral dengan cepat pada bulan ini.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Zelenskiy mengatakan perang Ukraina melawan Rusia saat ini bergantung pada pengiriman senjata dari negara-negara asing. Perang Ukraina sudah berjalan selama tujuh bulan.
Militer Ukraina melintas di antara atusan salib terlihat di pemakaman massal untuk warga sipil tak dikenal dan tentara Ukraina di kota Izium, baru-baru ini dibebaskan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina selama operasi serangan balasan, di wilayah Kharkiv, Ukraina 15 September 2022. Pejabat polisi imenyebutkan bahwa beberapa orang yang dikubur secara massal itu tewas akibat penembakan dan serangan udara Rusia. REUTERS/Oleksandr Khomenko
Sejumlah wilayah di utara Ukraian mipir dengan Kota Bucha, yang bersimbah darah. Zelenskiy pun menuduh tentara Rusia telah melakukan beberapa kejahatan perang dalam fase pertama perang. Moskow menyangkal tuduhan tersebut.
“Sampai hari ini, ada sekitar 450 orang tewas. Mereka terkubur di utara wilayah Kharkiv. Namun masih ada pula sejumlah wilayah, yang terdapat kuburan massal dan penyiksaan. Seluruh keluarga di teritorial khusus menderita,” kata Zelensky.
Saat ditanya apakah Zelensky punya bukti kejahatan perang yang dia tuduhkan tersebut, dia menjawab semua ada dilapangan dan evaluasi sedang dilakukan. Penting bagi masyarakat Ukraina dan internasional untuk mengakui ini (kejahatan perang).
Kremlin belum mau menanggapi ucapan Zelensky tersebut. Rusia menyebut apa yang dilakukannya di Ukraina adalah sebuah operasi khusus
Sedangkan Gubernur Kharkiv, Oleh Synhubov, mengatakan salah satu kuburan massal berlokasi di Kota Izium. Di sana ada sejumlah jasad yang ditemukan dalam kondisi tangan terikat kebelakang.
Moskow belum mau mengomentari kuburan massal di Izium ini, yang dulunya benteng pertahanan Rusia sebelum akhirnya tentara Ukraina terpaksa melarikan diri.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Mayat Terikat Ditemukan di Kuburan Massal Izium, Rusia Tuding Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.